Outsource your programming projects at ScriptLance.com today - Free signup
Daftar di PayPal, lalu mulai terima pembayaran menggunakan kartu kredit secara instan.
Get paid To Promote at any Location

"Mantra JW"

Oleh : Supadiyanto
Sumber : Kabar Indonesia

KabarIndonesia – "Jawa, Jawa Dwipa, Java, Java Tel Aviv, JW Marriot, Jewish, Jiwa … Dari rahim sejarah terbukti kesahihannya, Pulau Jawa kuasa melahirkan orang-orang top markotop sejabalakat. Gadjah Mada, Sutawijaya, Airlangga, Sultan Agung, Raden Patah, Soekarno, Soeharto sampai Amien Rais dan sejuta, dua juta tokoh jempolan lainnya, yang jika tulis di halaman ini; habis waktu kita untuk itu. Pastinya bisa menghabiskan bermuka-muka halaman situs ini

Lantas apa yang menarik dari Jawa, sehingga seakan-akan bumi Indonesia adalah Jawa. Jawa itu Indonesia, Indonesia itu Jawa. Padahal seluas-luasnya Pulau Jawa ia hanya seukuran 135 ribu kilometer persegi. Bandingkan luas total daratan Kalimantan plus Sulawesi ditambah Sumatera dan ditomboki Irian masih jauh lebih lebar lagi dari 1,7 juta kilometer persegi.

Dulu Belanda dan Jepang tahu benar, untuk menguasai Indonesia, kuncinya cukup menguasai Pulau Jawa. Sehingga Daendles rela "berdarah-darah" membikin jalur sepanjang seribu kilometer dari Anyer sampai Panarukan yang menelan korban jiwa 12 ribu penduduk Jawa. Itu semua ditempuh demi memuluskan penguasaan atas tanah Jawa, Indonesia seluruhnya.

Tetapi aneh, sekarang Jawa dijejali oleh 132 juta jiwa penduduk atau sekitar 60 persen dari totalitas penghuni Indonesia. Kalau diindera dari jarak jauh, kita terbang ke atas pulau Jawa; lantas kita tengok ke bawah dengan jarak 10 ribu kaki; pulau Jawa seperti seonggok kapal raksasa. Sementara di atasnya berjejal-jejal ratusan juta orang, ratusan juga mulut, 264 juta pasang kaki dan tangan. Kita tidak diberitahu, siapa dahulu kala orang genius yang menamai Pulau Jawa dengan Jawa.

Sehingga ibukota negara ini dipatok di Jakarta, tidak dibentangkan di Flores, Ternate, Banjarmasin atau Goa sana. Meski dahulu kala sempat dinomadenkan menuju Sumatra dan ke Yogya. Nyata, di Jawa dulu ada kerajaan Kahuripan, Singosari, Kediri, Majapahit, Mataram (Hindu dan Islam), kerajaan Demak, Pasundan, kerajaan Banten dan mitosnya juga banyak kerajaan makhluk halus (demit, gundhul pringis, banaspati, hantu, jin, pocong, wewe … Anda mau menambahkan nama lainnya?) bertengger di atas tanah Jawa. Sehingga terlahir legenda Nyi Roro Kidul dan semacamnya. Tetapi menelisik historisitas tanah Jawa dengan elegi dan peta sosial, budaya yang melingkupinya; Jawa memang ampuh, mahadahsyat.

Kita tengok saja dari segi istilah, Jawa. Dari konstruksi huruf Jawa tersusun makna jiwa. Ada korelasi kental-batiniah antara kata Jawa dan jiwa. Sama-sama memakai huruf "J" dan "W", memang, tetapi kohesivitas makna keduanya justru terletak pada perangkat dan daya magnetik Jawa yang berjiwa dan jiwa yang Jawa.

Dalam kamus bahasa Inggris, Jawa dikamuskan Java. Huruf "W" bermetamorfosis menjadi pangkuan "V". Fosil manusia purba, Phithecantropus Erectus (waktu SMP kerap diplesetkan dengan istilah konyol Pithe Kang Trubus, artinya sepedanya Kak Trubus) yang ditemukan di Trinil (Jawa Timur) konon oleh sebagian pihak dipercayai sebagai manusia tertua sedunia. Entah benar, entah salah atau keliru; semua masih serba abu-abu. Para sejarawan ditantang untuk menemukan jawabannya, siapakah manusia Jawa itu sesungguhnya.

Kalau di Israel ada kota bernama Java Tel Aviv, apakah itu sebuah faktor kebetulan saja? Bukankah kata Java pada Tel Aviv memiliki frase sama, susunan kata sama, idiomatik sama yakni Jawa, Java. Artinya kita bisa menyebut Kota Java Tel Aviv dengan Jawa Tel Aviv, alias Jawa-nya Israel.

Secara nalar ketatabahasaan, memang ada faktor kebetulan saja; dua pihak atau dua orang menamai sesuatu tanpa sebelumnya melakukan komunikasi lintas budaya; tiba-tiba menamai sesuatu dengan nama yang sama. Pulau Jawa dinamai Jawa-Java, ibukota Israel dinamai Java Tel Aviv-Jawa Tel Aviv.

Berarti ada pertanyaan yang pantas diajukan untuk membantu para peneliti, sejarahwan, pakar sosiologi, ahli etnografi dan begawan-begawan ilmu lainnya untuk menelusuri detil antara sejarah Jawa dan Jawa-nya Israel.

Pertanyaan telak satu, lha itu antara nama Jawa-Java dan Java Tel Aviv munculnya lebih duluan mana? Siapa yang memberi tanah Jawa dengan nama Jawa-Java dan siapa pula yang "menjenangi ketan abang" nama Java Tel Aviv. Apakah orang yang menamai dua kawasan itu sama, berbeda blas, atau berbeda dalam batas ada korelasi sosial, masih memiliki ikatan genekologis ang satu trah.

Model pertanyaan ini diajukan dalam rangka untuk menjawab — lebih tua mana (senior mana, yunior yang siapa) antara dua nama itu, Jawa-nya dulu atau Java Tel Aviv-nya duluan? Kalau ternyata yang lebih duluan adalah nama Jawa-nya duluan; berarti anak turun penghuni "negara" Israel itu adalah cicit dari orang-orang Jawa. Penduduk Jawa adalah nenek moyang penduduk negara yang suka berkonflik dengan "negara" Palestina dan tetangga-tetangganya itu.

Jika sebaliknya yang terjadi, ternyata nama Java Tel Aviv lebih duluan (lebih tua) dari nama Jawa-Java; maka logislah kita bila kita memang anak turun dari orang-orang Israel sana. Terserah.

Pertanyaan pamungkas, berarti kalau ada faktor bukan kebetulan tetapi kesengajaan; perlu dikemukakan teorema terbarukan, bukankah agama Yahudi adalah agama tertua sedunia setelah Nasrani dan Islam dan model kepercayaan lainnya. Artinya, kalau orang-orang Jawa ternyata lebih tua dari orang-orang Israel yang Yahudi, Jewish itu; bukankah kita lebih tua dari nenek moyang bangsa Yahudi, Israel.

Artinya orang-orang Jawa jauh lebih "tua, ngawu" dari orang-orang Yahudi di Israel sana. Kita pasti mafhum adanya, nenek moyang bangsa Israel adalah berpuncak nasab pada Nabi Musa. Mereka adalah "pengikut" nabi Musa, Moses. Buktinya sederhana, terminologi bahasa Jawa amat kaya dan mendetil sejagat raya. Tak ada kebudayaan, tata bahasa yang se-njlimet, sekomplektisitas bahawa Jawa.

Setiap kata dalam bahasa Jawa memiliki sinonim, padanan kata yang amat banyak berlimpah-limpah. Nah contoh, untuk satu kata "makan" saja; ada puluhan, bahkan mencapai ratusan terminologi dialektik dalam bahasa Jawa yang bermakna makan. Maem, dhahar, ngrahapi, mbadok, nedhi, sarapan, ngemil, ngunyah, nguntal, ngelek, rolasa, segeran, nyarap, mbrakot, jaburan, kembulan, kenduri, nggadhuh … dan masih banyak lagi. Maka logika terlogisnya, untuk membikin satu terminologi kata, "makan" dalam bahasa Jawa tersebut, tentunya membutuhkan proses kesepakatan bersama yang perlu waktu sangat lama.

Coba tengok dengan bahasa lain, bagaimana dengan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Jerman, Ibrani, Arab dan China dan ragam bahasa lainnya. Semua miskin terminologi, tak kaya diksi sekaya bahasa Jawa. Bahasa Jawa memiliki detil-detil untuk mengungkapkan sesuatu sampai sedetil mungkin. Bahasa Inggris makan, hanya eat, breakfast. Mungkin masih bisa ditambah lagi dengan beberapa istilah, tetapi tak sebanyak bahasa Jawa.

Itu semua menunjukkan bahwa kebudayaan Jawa lebih "tua" dari kebudayaan bangsa-bangsa di dunia, bahkan budaya bangsa Israel, Yahudi. Artinya, di luar kebudayaan Jawa, semua kebudayaannya tergolong "muda". Karena bisa jadi, Jawa adalah "nenek moyang" dari Israel, simbah buyut dari Yahudi. Amat mungkin keturunan penduduk Jawa yang sekarang adalah saudara kembar dari cicit-cicit anak turun Nabi Adam, tetapi lebih tua dari Nabi Nuh.

Bisa pula, orang-orang Jawa adalah anak turun dari kakak kandung dari Nabi Nuh — yang mampu bertahan hidup hingga usia yang ke-900 tahun. Berpeluang juga bahwa manusia pertama Adam, dulu berperadaban di Tanah Jawa, bukan di Afrika sana. Karena logiskan, dahulu belum ada pecahan benua-benua seperti sekarang ini.

Tetapi itu semua masih kawasan abu-abu, tugas para peneliti yang memiliki tanggung jawab moral untuk membantahnya atau mengiyakannya. Anda yang orang Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian jangan bersedih hati karena darah Jawa tetap mengalir dalam tubuh Anda. Trah kewaskitaan Empu Tantular, Hayam Wuruk, Ki Ageng Pemanahan tetap bersemayam dalam kalbu batin Anda yang terdalam.

Percayalah dunia ada dalam genggaman Anda, kalau tidak kini, besok yang akan menuai adalah anak cucu kita juga. Ya, orang-orang Jawa itu adalah tipologi penduduk yang memiliki kesaktian mental, teknologi batiniah dan kedugdengan sprititual–yang bakal menguasai jagat ini di masa mendatang. Percayalah, percayalah, percayalah ……

Karena sebenarnya ada pepatah bijak, "Tuntutlah ilmu sekalipun sampai ke negeri China–itu keliru ketik. Mengapa? Sebab pepatah aslinya yang benar adalah : "Tuntutlah ilmu sekalipun sampai ke negeri Jawa".

Kalau dahulu, tiba-tiba salah satu hotel JW Marriot terkena teror bom, ledakan TNT (baca : Tri Nitro Toluena) bikinan teroris; apakah ada korelasi signifikan (positif atau negatif) dengan JW-nya pada hotel JW Marriot itu dengan Jawa-Java, Java Tel Avis hingga Jewish. Kan sama-sama punya idiomatik "JW"? Tinggal itu JW Marriot kepanjangan dari Jawa atau Jewish, Yahudi. Lagi-lagi, terserah sampeyan ….



0 comments:

Paid2YouTube.com

Video