Outsource your programming projects at ScriptLance.com today - Free signup
Daftar di PayPal, lalu mulai terima pembayaran menggunakan kartu kredit secara instan.
Get paid To Promote at any Location

SMI 'Minggat', Golkar Tutup Skandal Century?

Beginilah ulah para politisi di negara ini. Awalnya, ramai-ramai mengusut skandal Bank Century, ternyata tujuannya akhirnya diduga hanya kepentingan politik para elit atas. Rakyat pun hanya menjadi obyek penderita. Lihat saja, setelah Menkeu Sri Mulyani Indrawati (SMI) yang sekaligus Ketua KSSK mundur dari jabatannya, tenryata sikap Golkar atas kasus ini mulai melunak.
Setelah hampir pasti SMI akan ’minggat’ ke luar negeri, Golkar mengisyaratkan akan menutup buku atas skandal Bank Century. "Setelah Sri Mulyani mundur, apakah beliau terlepas dari belitan politik dan hukum, Golkar moderat jika itu dianggap cukup. Kita hormati kalau tidak ada pelanggaran hukum. Mau di-peti-eskan juga Golkar tidak masalah," kilah Ketua DPP Golkar Priyo Budi Santoso dalam diskusi d Gedung DPR, Kamis (6/5/2010).
Menurut Priyo, Golkar tidak lagi mempersoalkan Sri Mulyani dibebaskan dari belitan politik. Demikian juga dengan wacana pemakzulan Wapres Boediono, Priyo pun meminta wacana tersebut dihentikan. "Pemakzulan itu bisa dipending atau dipeti-eskan," ucap Priyo yang juga Wakil Ketua DPR RI dari Golkar.
Secara terpisah, pengamat Universitas Nasional (Unas) Tubagus Januar Soemawinata sudah menerka sejak awal bahwa kalangan politisi di DPR lebih mementingkan ambisi pribadi dan kelompoknya, bukan kepentingan rakyat yang diwakilinya. Menurutnya, selama ini ketua umum Golkar Aburizal Bakrie (Ical) tidak nyaman dengan sikap Menkeu Sri Mulyani yang mempermasalahkan tunggakan pajak perusahaan Group Bakrie serta kasus Lumpur Lapindo.
“Tak bisa dipungkiri, sejak awal Ical ingin Sri Mulyani dipecat dari jabatannya oleh Presiden SBY. Sementara Golkar kabarnya minta sejumlah posisi menteri strategis termasuk jabatan Menteri keuangan, dengan imbalan Golkar tidak mengotak-atik lagi kasus Century. Jika kabar ini benar, maka persetan para politisi yang telah melakukan kebohongan publik dengan pura-pura vokal mengriktik skandal Century,” papar mantana aktivis ini.
Januar menengarai, semua kasus hukum di negeri ini diselesaikan secara politik sehingga melukai rakyat dalam mendapatkan keadilan. “Kasus hukum di rezim sekarang dibuat barter kasus, atau ujung-ujungnya dibuat deal atau dagang sapi dengan ditukar jabatan. Dengan cara ini maka semua elit selamat, aman dan semakin kaya. Pejabat yang bersalah pun bebas tak perlu harus mempertanggung jawabkan tindakannya. Sedangkan rakyat tetap melarat karena ditipu terus,” papar paranormal asal Banten ini.
Menurut Januar, langkah skenario mundurnya Menkeu Sri Mulyani hanya bertujuan untuk menyelamatkan semua elit politik. Pemerintahan saat ini telah mengakomodir keinginan partai-partai politik yang ada, sehingga dengan mundurnya Sri Mulyani maka kasus Century pun selesai. Mundurnya Sri Mulyani juga untuk mengakomodir Golkar dan PKS yang memang tidak menyukai Sri Mulyani. “Sekarang ini ada kompromi elit atas yang telah disepakati dengan mengorbankan Sri Mulyani," duganya.
Sementara Sekjen DPP Partai Gerindra Ahman Muzani menyebut keputusan mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan sangat menguntungkan Partai Golkar. Dengan demikian, secara politik, SBY bisa dinilai kalah bertarung dengan politik Golkar soal Sri Mulyani. "Mundurnya Sri Mulyani bagian dari kompromi politik untuk menyelamatkan muka semuanya. Ini bagian dari kemenangan Golkar," kata Muzani dalam diskusi di Gedung DPR, Kamis (6/5/2010).
Yang dimaksud menyelamatkan muka semua, lanjut Muzani, adalah kesan kepergian Sri Mulyani tanpa desakan DPR. Padahal DPR, terutama Fraksi Golkar sangat keras menekan Sri Mulyani dalam sidang-sidang di DPR. "Kita tahu yang ngotot di berbagai forum, termasuk Pansus Century yang meminta Menkeu mempertanggungjawabkan semuanya itu kan Golkar," sindir Muzani kepada Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso yang duduk disebelahnya.
Muzani kemudian menyampaikan kekecewaannya atas sikap DPR yang mulai lemah mengkritik pemerintah pasca mundurnya Sri Mulyani. "Saya melihat ada kelesuan kritik di DPR setelah Sri Mulyani mundur," keluh Wakil Ketua Fraksi Partai Gerindra DPR RI ini.
Golkar Akui SBY-Ical Rutin Bertemu Akhir-akhir Ini
Presiden SBY dan Ketua Umum Partai Golkar (PG) Aburizal Bakrie akhir-akhir ini kian sering saja bertemu. Kadang kala SBY yang mampir ke rumah Ical, demikian pula sebaliknya. "Saya mengakui kedua pimpinan ini, Pak SBY dan Pak Ical, memang sering bertemu membicarakan masalah negara secara keseluruhan," ungkap Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso di gedung DPR, Kamis (6/5/2010).
Priyo bercerita, pertemuan ini kian sering setelah gonjang-ganjing Century.
"Kalau Pak SBY yang menyapa duluan, Ical yang datang ke rumah SBY. Kalau Pak Ical yang menyapa, SBY yang datang," sebut Priyo. Namun ia tidak menyebutkan sesering apa SBY-Ical melakukan pertemuan. Yang jelas, pertemuan ini mereka namai pertemuan antara dua tokoh.
Meski demikian, Priyo membantah jika pertemuan itu membicarakan deal-deal politik. Menujrutnya, Ical dan SBY membicarakan masalah kenegaraan. "Itu membicarakan masalah kenegaraan. Wajar kami dua partai terbesar. Partai Demokrat pertama, dan Partai Golkar kedua," kilah Wakil Ketua DPR ini.
Mau Tutup Century, Golkar Dikecam
Sikap lunak Golkar atas kasus Century menuai protes keras dan kecaman dari partai lain yang merasa sejak awal berjuang bersama Golkar mengawal Pansus Angket Century. Konsistensi Golkar pun dipertanyakan. "PDIP tidak mau mempetieskan kasus ini secara politik dan hukum. Kepergian Sri Mulyani akan menunjukkan konsistensi setiap parpol," kritik Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait dalam diskusi di Gedung DPR, Kamis (6/5/2010).
Ara, panggilan Maruarar, mengingatkan Golkar agar tidak 'menipu' rakyat dalam berpolitik. Sebab, masyarakat akan melihat konsistensi Golkar dalam kasus Century. Ara meminta Golkar memperhatikan nasib rakyat dan tidak hanya memikirkan kepentingannya sendiri. "Masyarakat akan melihat konsistensi parpol dalam bidang politik maupun bidang hukum. Pemilu tinggal 3,5 tahun lagi, semua bisa terjadi," tutur inisiator Hak Angket Century ini.
Kritik senada juga disampaikan Ketua DPP Partai Hanura Akbar Faisal. Akbar meminta Golkar mengurungkan niatnya untuk mempetieskan kasus Century. "Peti-es itu untuk ikan mati, kami tidak mengenal peti es. Kami memohon kepada Partai Golkar, mari kita tegakkan kredibilitas DPR," seru vokalis Pansus Century DPR ini.

Sumber : Jakartapress.com

0 comments:

Paid2YouTube.com

Video