Outsource your programming projects at ScriptLance.com today - Free signup
Daftar di PayPal, lalu mulai terima pembayaran menggunakan kartu kredit secara instan.
Get paid To Promote at any Location

Ramalan Jayabaya

BJudul Buku : Ramalan Jayabaya
Pengarang : S. Marwoto
Penerbit : Pustaka Mahardika
Halaman : 206
ISBN : 979-268-530-8

Prabu Jayabaya adalah raja dari kerajaan Kediri yang paling terkenal. Beliau memerintah antara 1130-1157 M. Pada jamannya, Prabu Jayabaya banyak memberikan dukungan dan sumbangan bagi kesusasteraan dan kebudayaan. Juga terdapat pujangga istana, yakni Empu Sedah yang menggubah Kekawin Baratayuda dan Empu Panuluh yang menulis Kekawin Hariwangsa dan Kekawin Gathotkacasraya.
Ramalan Jayabaya merangkum waktu 2100 tahun rembulan, terbagi dalam 3 jaman besar alias Kali ialah Swara, Yoga dan Sangara.
Ratu Adil yang sangat dinanti-nantikan yang dipercaya bisa membawa perubahan yang lebih baik bagi negeri ini yang sudah diambang kehancuran, ditafsirkan sebagai seorang yang mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Ratu Adil juga mampu menjadi pelindung atau pengayom dari seluruh rakyat tanpa membedakan golongan, tanpa keberpihakan, kecuali hanya berpihak kepada kebenaran hakiki yang bersifat universal. Sulitlah kiranya jika Ratu Adil itu berasal dari salah satu kelompok kepentingan yang dibesarkan oleh kelompok kepentingan itu. Seorang yang dibesarkan oleh suatu partai, tidak berlebihan jika ketika telah berkuasa juga akan memberikan balas budi kepada partai yang membesarkannya. Apa lagi jika partai itu juga dibesarkan oleh sekelompok pengusaha atau sekelompok kepentingan, maka akan terjadi proses balas budi secara berantai yang merupakan sebab awal terjadinya kolusi, manipulasi, korupsi dan nepotisme.
Dalam ramalan Jayabaya, Ratu Adil juga disebut sebagai Ratu Amisan. Kata amisan lebih tepat ditafsirkan sebagai pemimpin yang benar-benar baru tampil, sehingga belum terkontaminasi dengan system percaturan bisnis politik yang sarat dengan berbagai siasat kotor demi kepentingan kelompok dan kekuasaan. Ciri Ratu Adil adalah satriya piningit (ksatria yang tersembunyi) yang ditafsirkan sebagai tokoh baru bagaikan tunjung putih semune pudhak kasungsang / pudhak sinumpet (tokoh yang masih bersih, yang keindahan perangainya bagaikan bunga teratai putih yang wanginya seperti bunga pandan yang masih tersembunyi).
Kata amisan dapat diartikan pula sekali (sepisan) memimpin. Oleh karena itu kata amisan mengandung makna bahwa sang ratu adil itu bukan sosok yang tamak atau haus akan kekuasaan. Seorang ratu adil tidak akan berjuang menghalalkan berbagai cara hanya untuk sekedar mempertahankan atau melanggengkan kekuasaannya.
Ratu Adil itu juga seorang yang mampu sebagai manajer professional negara yang disebut-sebut sebagai natanagara. Natanagara adalah sosok yang mampu mengelola, menyelaraskan serta mempersatukan keberagaman golongan kepentingan dan tingkatan sosial masyarakat sehingga semua kebijaksanaannya akan memuaskan semua lapisan, sehingga dapat dikatakan wadya punggawa sujud sadaya, tur padha rena prentahe (semua pihak taat serta merasa puas terhadap kebijakannya). Jadi sulitlah bila seorang Ratu Adil masih terlibat secara langsung dalam salah satu partai, apalagi menjadi ketua atau penanggungjawab atas jatuh bangunnya partai tersebut.
Ratu Adil Natanegara tidak merasa malas dan juga tidak terlalu bodoh ataupun ceroboh di dalam melakukan pengelolaan Negara secara professional, sehingga tidaklah mungkin menyewakan, menggadaikan, melelang atau menjual asset-aset Negara seperti tambang minyak dan emas demi komisi untuk kepentingan pribadi, partai, kelompok kepentingan atau kroni-kroninya.
Ratu Adil dikenal juga sebagai Herucakra yang berarti payung mustika/lambang pengayoman, persaudaraan serta pelayanan. Herucakra tidak mungkin menempuh money politic untuk mencapai tahtanya.
Selain itu beberapa ramalan Jayabaya yang terjadi saat ini diantaranya adalah :

  • Banyak orang berani melanggar sumpah yang diucapkannya sendiri. Sumpah bukan lagi sesuatu yang sakral. Hukum pun kehilangan supremasinya. Sumpah dianggap sebagai angin lalu yang dengan mudah dibolak-balikkan tergantung kepentingannya. Pejabat bersumpah untuk menegakkan kebenaran dan membela rakyat. Akan tetapi jika kepentingannya terganggu, ia berani berbuat yang melanggar sumpah jabatannya demi nama baik.

  • Hukuman pemimpin tidak adil. Pemegang keadilan sudah tidak berbuat adil lagi. Hukuman memihak kepada yang berkuasa dan berkantong tebal. Pejabat korupsi milyaran dihukum dua bulan atau malah enak-enak tidak dihukum dan masih dapat menikmati kekuasaannya tetapi rakyat maling secangkir beras untuk memberi makan anak istri dihukum dua tahun. Keadilan Ratu Sima tinggal sekedar menjadi dongeng yang seolah tak pernah terjadi. Supremasi hukum yang benar-benar terbebas dari berbagai tekanan hanya utopia. Para Koruptor bahkan sudah berani terang-terangan melakukan perlawanan hukum dengan cara melucuti kewenangan para pemberantasan korupsi dan para hakim yang suka menolong koruptor dan terlibat serta ikut menikmati korupsi juga tidak mau diawasi lagi.

  • Orang yang jelas-jelas salah justru meraih kemenangan dan kesuksesan. Intrik-intrik politik jahatnya mendapatkan ruang leluasa untuk mencapai cita-citanya. Orang yang baik terlempar dari gelanggang. Dunia dipimpin oleh maling, pezina, penipu, penindas, pendurhaka dan koruptor.

  • Kejahatan menjadi-jadi. Kemaksiatan legal di mana-mana, kemunafikan merata di berbagai sisi bisnis dan kenegaraan. Di masyarakat pun angka kriminal menyeruak semakin banyak. Penegak hukum dan kejaksaan yang merupakan pembela kebenaran pun teracuni oleh berbagai kasus suap-menyuap. Dari sini berkembang kemaksiatan dan kemunafikan yang lebih jauh.
Selain ramalan Jayabaya seperti di atas, masih banyak lagi ramalan-ramalan Jayabaya yang telah atau sedang berlangsung di Indonesia saat ini.
Buku ini sangat bagus untuk dibaca, sebagai pengingat bagi diri kita supaya kita tetap ingat kepada Allah SWT. Jadi kekacauan apapun bentuknya yang terjadi di negeri ini, kita bisa menyikapinya dengan lebih tenang.

0 comments:

Paid2YouTube.com

Video