Judul Buku : Who Moved My Cheese?
Pengarang : Spencer Johnson, M.D.
Penerbit : PT. Elex Media Komputindo
Halaman : 105
ISBN : 979-20-2425-5
Who Moved My Cheese? adalah kisah tentang perubahan yang terjadi dalam sebuah Labirin dimana empat tokoh sangat menarik pergi mencari
“Cheese”.
Cheese disini adalah perumpamaan akan hal-hal yang kita inginkan di dalam hidup ini, baik pekerjaan, hubungan baik, uang, pengakuan, ketentraman batin atau bahkan kegiatan seperti lari pagi atau golf.
Empat tokoh imajiner dalam cerita ini yaitu :
Si tikus : “
Sniff (Endus)” – yang mampu mencium adanya perubahan dengan cepat
“
Scurry (Lacak)” – yang segera bergegas mengambil tindakan
Si kurcaci : “
Hem (Kaku)” – yang menolak serta mengingkari adanya perubahan karena takut perubahan akan mendatanngkan sesuatu yang buruk
“
Haw (Aman)” – yang baru mencoba beradaptasi jika ia melihat perubahan mendatangkan sesuatu yang lebih baik
Keempat tokoh tersebut mewakili bagian dari diri kita, yang sederhana dan rumit. Kita akan lebih beruntung jika kita bertindak secara sederhana dalam menghadapi perubahan.
“Labirin” mewakili tempat dimana Anda menghabiskan waktu untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan. Bisa jadi berupa perusahaan dimana Anda bekerja, lingkungan masyarakat dimana Anda tinggal, atau hubungan baik yang telah Anda bina sampai saat ini.
Dalam cerita ini akan ditemukan bahwa kedua ekor tikus lebih bisa menghadapi perubahan yang terjadi, karena mereka tidak memperumit permasalahan. Sedangkan kedua otak canggih dan emosi manusiawi para kurcaci mempersulit keadaan yang ada. Hal ini bukan karena tikus lebih pintar dari manusia.
Ceritanya adalah sebagai berikut :
Suatu ketika di zaman dulu, hidup empat tokoh yang berlarian di dalam labirin mencari cheese untuk kesejahteraan dan kebahagiaan mereka.
Dua diantaranya adalah tikus yang bernama “Sniff” dan “Scurry”, dua lainnya adalah kurcaci sebesar tikus yang berpenampilan dan bertingkah laku sama seperti manusia pada saat ini. Namanya adalah “Hem” dan “Haw”.
Karena ukuran mereka yang kecil, dengan mudah terlewatkan apa yang sedang mereka lakukan. Namun jika kita lihat lebih dekat, Anda akan menemukan hal yang sangat luar biasa!
Setiap hari tikus dan kurcaci tersebut menghabiskan waktu mereka di dalam labirin mencari cheese kesukaan mereka.
Tikus-tikus, Sniff dan Scurry, yang hanya mampu berpikir sejauh otak binatang pengerat itu berpikir namun dikaruniai naluri yang baik, mencari cheese keras berlubang-lubang sama seperti yang dilakukan tikus-tikus lainnya.
Sementara itu kedua kurcaci, Hem dan Haw, menggunakan otak mereka, yang dipenuhi dengan berbagai dogma dan emosi, mencari Cheese yang berbeda, yaitu Cheese dengan C besar, yang mereka percaya sebagai pembawa kebahagiaan dan kesuksesan.
Namun meskipun berbeda, kurcaci dan tikus mempunyai hal-hal yang sama : Setiap pagi masing-masing akan mengenakan pakaian
jogging dan sepatu lari mereka, meninggalkan rumah kecil mereka, berlomba lari menuju labirin mencari
cheese favorit mereka.
Labirin tersebut terdiri dari lorong panjang berkelok-kelok dan ruang-ruang yang beberapadiantaranya berisi cheese yang lezat. Namun demikian ada pula sudut-sudut gelap dan jalan tak bertuan yang menyesatkan. Sehingga mudah sekali bagi siapa saja tersesat di dalamnya.
Sementara itu, bagi mereka yang telah menemukan jalan, terdapat rahasia-rahasia yang membuat mereka bisa hidup senang.
Tikus-tikus, Sniff dan Scurry, menggunakan metode trial and error dalam mencari cheese. Mereka berlari ke satu lorong dan jika ternyata kosong, mereka akan berbalik dan mulai mencari di lorong yang lain. Mereka mengingat lorong mana saja yang tidak menyimpan cheese dan dengan cepat pindah ke daerah lain.
Sniff bertugas melacak jejak cheese dengan mengendus-endus menggunakan hidungnya yang hebat, sedang Scurry yang akan berlari terlebih dulu. Seperti dugaan Anda, mereka pernah juga salah arah dan sering menabrak tembok. Namun tak lama kemudian mereka akan menemukan kembali jalan yang benar.
Sama seperti tikus, kedua kurcaci, Hem dan Haw, juga menggunakan kemampuan berpikir dan belajar dari pengalaman mereka. Namun mereka bergantung pada otak mereka yang kompleks dalam mengembangkan metode menemukan Cheese.
Kadang mereka berhasil, namun sering kali kepercayyaan dan emosi manusiawi mereka yang kuat mengambil alih dan mengaburkan cara mereka melihat suatu permasalahan. Hal itu menyebabkan hidup di labirin menjadi semakin rumit dan penuh tantangan.
Walaupun begitu mereka semua, Sniff, Scurry, Hem dan Haw menemukan dengan cara masing-masing dalam mencari apa yang mereka inginkan. Pada suatu hari, mereka menemukan cheese kesukaan mereka di salah satu ujung lorong Cheese Station C.
Setelahh itu, setiap pagi para tikus dan kurcaci segera memakai perlengkapan lari mereka dan langsung berlari menuju Cheese Station C. Tak lama kemudiian hal itu menjadi kegiatan rutin mereka.
Sniff dan Scurry tetap dengan kebiasaan bangun pagi mereka dan langsung berlari ke dalam labirin, dan selalu mengikuti rute yang sama.
Begitu sampai di tujuan, mereka menanggalkan sepatu lari dan mengikat kedua talinya, lalu mengalungkannya di leher sehingga memudahkan mereka memakainya saat memerlukannya nanti. Kemudian mereka menikmati cheese.
Pada awalnya Hem dan Haw juga berlarian ke Cheese Station C setiap pagi untuk menikmati potongan Cheese baru yang lezat yang telah menunggu mereka.
Namun setelah beberapa saat kebiasaan para kurcaci berubah. Sekarang, Hem dan Haw bangun sedikit lebih siang, berpakaian sedikit lebih lama dan kemudian baru berjalan ke Cheese Station C. Sekarang mereka sudah tahu dimana letak Cheese Station C dan jalan menuju ke sana.
Mereka tidak tahu dari manna datangnya Cheese itu dan siapa yang menempatkannya disana. Mereka hanya berasumsi bahwa Cheese itu pasti ada disana.
Setiap pagi, begitu Hem dan Haw sampai di Cheese Station C, mereka segera masuk dan berlaku seolah-olah di rumah sendiri. Mereka menggantung pakaian lari, melepas sepatu dan menggantikannya dengan sandal. Mereka merasa sangat nyaman saat ini karena telah menemukan Cheese.
“Ini luar biasa,” kata Hem. “Tersedia cukup banyak Cheese untuk kita selamanya.” Kurcaci-kurcaci itu merasa bahagia dan sukses, serta berpikir bahwa sekarang mereka sudah aman.
Segera sesudah itu Hem dan Haw menganggap Cheese yang mereka temukan di Cheese Station C adalah milik mereka. Tempat itu seperti toko Cheese yang luas dan mereka pun segera memindahkan rumah mereka lebih dekat ke sana dan mulai membangun kehidupan social di sekitarnya.
Supaya lebih nyaman, Hem dan Haw menghias dinding-dinding tempat itu dengan berbagai pepatah bahkan menggambar gambar Cheese di sekelilingnya yang membuat mereka tersenyum. Salah satunya tertulis :
Memiliki Cheese membuat Anda bahagia.
Kadang, Hem dan Haw mengundang teman-teman mereka untuk mengagumi tumpukan Cheese di Cheese Station C. Sambil menunjuk ke tumpukan itu dengan bangga, mereka berkata, “Cheese yang cantik, bukan?” Terkadang mereka membagikannya kepada rekan mereka, tapi kadang juga tidak.
“Kami berhak mendapatkan Cheese ini,” kata Hem lagi. “Kami harus bekerja keras dan lama untuk menemukannya.” Ia mengambil sepotong kecil Cheese segar lalu memakannya.
Setelah itu Hem pun tertidur, seperti kebiasaannya. Setiap malam para kurcaci berjalan perlahan menuju tempat tinggal mereka dengan membawa tumpukan penuh Cheese, dan paginya dengan yakin mereka akan kembali lagi untuk mengambil lebih banyak lagi.
Hal itu berjalan sampai beberapa saat. Dalam waktu singkat keyakinan Hem dan Haw pun berubah menjadi kesombongan akan keberhasilan mereka. Segera mereka terjebak dalam kenyamanan sehingga tidak menyadari apa yang sedang terjadi.
Sementara waktu berlalu. Sniff dan Scurry tetap melakukan kegiatan rutin mereka. Mereka tiba pagi-pagi sekali, mengendus, mencakar dan melacak daerah sekitar Cheese Station C, mereka melihat apakah ada perubahan yang terjadi dibandingkan kemarin. Baru kemudian mereka duduk dan memakan cheese.
Suatu pagi mereka tiba di Cheese Station C dan melihat tidak ada lagi cheese di sana. Mereka tidak heran sama sekali. Karena Sniff dan Schurry sudah memperhatikan bahwa simpanan cheese tersebut semakin hari semakin menipis belakangan ini. Mereka sudah siap dengan keadaan ini, dan secara insting tahu apa yang harus mereka lakukan.
Mereka saling melihat, melepaskan sepatu lari yang mereka ikat dan digantungkan di leher, kemudian mengenakannya, lalu mengencangkan tali pengikatnya. Tikus tidak melakukan analisis yang berlebihan. Bagi tikus, masalah dan pemecahannya sama sederhananya. Situasi di Cheese Station C sudah berubah. Maka Sniff dan Scurry memutuskan untuk berubah juga.
Mereka berdua mencarinya kembali di dalam labirin. Sniff pun mulai mengangkat hidungnya, mengendus dan menganggukan kepalanya kearah Scurry, yang dengan cepat segera berlari masuk ke dalam labirin sementara Sniff mengikutinya dari belakang secepat ia bisa. Dengan cepat mereka berangkat untuk mennemukan Cheese baru.
Siangnya, masih pada hari yang sama, Hem dan Haw tiba di Cheese Station C. Mereka tidak memperhatikan perubahan-perubahan kecil yang terjadi setiap hari, sehingga mereka merasa yakin bahwa Cheese mereka pasti ada di sana. Mereka tidak siap menghadapi kenyataan di depan mereka.
“Apa?! Tidak ada Cheese?!” teriak Hem. Kemudian ia terus berteriak-teriak, “Tidak ada Cheese? Tidak ada Cheese?” seolah-olah jika ia berteriak sekeras mungkin seseorang bakal menngembalikan Cheese-nya.
“Who Moved My Cheese?” teriaknya. Akhirnya, sambil berkacak pinggang, wajahnya berubah merah padam, ia pun meraung keras sekali, “Ini tidak adil!”.
Haw hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Ia pun juga merasa yakin pasti menemukan Cheese di Cheese Station C. Ia berdiri di sana lama sekali, terpaku karena terguncang. Ia samma sekali tidak siap menghadapi hal ini.
Hem meneriakkan sesuatu, namun Haw tidak ingin mendengarkannya. Ia tidak mau menghadapi apa yang sedang terjadi, ia pun berusaha menyingkirkannya.
Tindakan para kurcaci sangat tidak menarik dan tidak produktif namun bisa dipahami.
Menemukan Cheese bukan pekerjaan mudah dan bagi para kurcaci lebih besar lagi artinya dibandingkan dengan hasil yang hanya bisa dimakan setiap hari.
Menemukan Cheese adalah cara memenuhi pemikiran mereka bahwa mereka berhak untuk bahagia. Bagi para kurcaci Cheese mempunyai arti lebih, tergantung dari rasanya.
Bagi sebagian dari mereka, menemukan Cheese berarti menemukan hal-hal yang bersifat material, bagi yang lainnya bisa berupa hidup sehat atau mencapai kepuasan spiritual.
Bagi Haw, menemukan Cheese berarti menemukan rasa aman, mempunyai keluarga yang saling mencintai suatu hari nanti dan tinggal di rumah yang nyaman di Cheddar Lane.
Sedangkan bagi Hem, Cheese akan menjadi Cheese Besar (alat pengaruh) yang digunakannya untuk mempengaruhi orang lain dan untuk memiliki rumah besar di daerah elit, Camembert Hill.
Karena Cheese sangat berarti bagi mereka, kedua kurcaci tersebut memerlukan waktu yang lebih lama untuk memutuskan apa yang harus mereka lakukan. Hal yang bisa mereka pikirkan hanyalah tetap mencari-cari di sekitar Cheese Station C untuk memastikan bahwa Cheese tersebut memang benar-benar sudah lenyap.
Sementara Sniff dan Scurry bergerak dengan cepat. Hem dan Haw hanya mengomel dan termenung-menung saja.
Mereka mengutuk dan memprotes ketidakadilan yang terjadi. Haw merasa sangat tertekan. Apa yang akan terjadi jika besok pun tidak ada Cheese disini? Ia harus membuat rencana ke depan berdasarkan kejadian Cheese ini.
Para kurcaci masih belum percaya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tak ada satu orang pun yang memberi peringatan kepada mereka. Ini tidak benar. Hal ini tidak biasanya terjadi.
Malam itu Hem dan Haw pulang ke rumah dalam keadaan lapar dan gundah. Namun sebelum mereka pergi, Haw menulis di dinding :
Semakin Penting Arti Cheese bagi Anda Semakin Ingin Anda Mempertahankannya.
Keesokan harinya Hem dan Haw meninggalkan rumah mereka dan kembali ke Cheese Station C lagi, dengan harapan siapa tahu, bisa menemukan Cheese mereka.
Situasinya tidak berubah. Cheese itu sudah tidak ada lagi di sana. Para kurcaci tidak tahu harus berbuat apa. Hem dan Haw hanya berdiri saja di sana, seperti dua buah patung.
Haw menutup matanya rapat-rapat dan menutupkan tangan ke telinganya. Ia hanya ingin menyingkirkan semuanya. Ia tidak mau tahu bahwa simpanan Cheese-nya semakin berkurang. Ia yakin bahwa Cheese-nya diambil semuanya sekaligus secara tiba-tiba.
Hem mengannalisa situasi tersebut berkali-kali sampai akhirnya otaknya yang canggih dan system kepercayaannya yang besar mengambil alih. “Mengapa mereka memperlakukan aku seperti ini?” tuntutnya. “Apa yang sebenarnya terjadi di sini?”
Akhirnya Haw membuka matanya, melihat sekeliling ruangan dan berkata, “Ngoomong-omong, kemana Sniff dan Scurry? Apakah mereka tahu sesuatu yang tidak kita ketahui?”
“Apa yang mereka ketahui?” kata Hem sinis. Lanjut Hem, “Mereka Cuma tikus biasa. Mereka hanya merespon apa yang terjadi. Kita adalah kurcaci. Kita lebih pintar dari tikus-tikus itu. Kita harus mampu menemukan jawaban terhadap apa yang telah terjadi.”
“Aku tahu, kita lebih pinta,” kata Haw, “namun tampaknya kita tidak bertindak lebih pintar saat ini. Situasi di sini telah berubah Hem. Mungkin kita perlu berubah dan melakukan hal yang berbeda.”
“Mengapa kita harus berubah?” tanya Hem. “Kita kurcaci. Kita beda. Hal semacam ini tidak selayaknya menimpa kita. Atau jika terjadi, setidaknya kita mendapatkan keuntungan darinya.”
“Mengapa kita harus mendapatkan keuntungan?” tanya Haw.
“Karena kita berhak,” kata Hem mantap.
“Berhak atas apa?” kata Haw ingin tahu.
“Kita berhak atas Cheese kita.”
“Mengapa?” tanya Haw lagi.
“Karena, bukan kita yang menyebabkan bencana ini,” kata Hem. “Ini disebabkan oleh orang lain, maka kita harus mencari tahu.”
Haw mengusulkan, “Mungkin sebaiknya kita berhenti menganalisa situasi ini dan mulai pergi mencari Cheese baru.”
“Oh, tidak,” debat Hem. “Aku akan mencari akar permasalahannya.”
Sementara Hem dan Haw masih mencoba memutuskan apa yang akan mereka lakukan, Sniff dan Scurry telah menemukan jalan mereka. Mereka masuk jauh ke dalam labirin, keluar masuk lorong dan koridor yang ada, mencari cheese di setiap Cheese Station yang mereka temukan. Mereka tidak memikirkan hal-hal lain selain mencari Cheese Baru.
Memang, mereka tidak langsung menemukan cheese selama beberapa waktu, sampai akhirnya tiba di suatu bagian labirin yang belum pernah mereka datangi sebelumnya : Cheese Station N.
Mereka memekik kegirangan. Mereka menemukan apa yang mereka cari-cari : persediaan Cheese Baru yang sangat banyak.
Mereka tidak bisa mempercayai penglihatan mereka. Tempat itu adalah toko cheese terbesar yang pernah dilihat oleh para tikus.
Sementara itu, Hem dan Haw masih kembali ke Cheese Station C untuk mengevaluasi keadaan mereka. Mereka sekarang mulai menderita karena kelangkaan Cheese. Mereka menjadi putus asa dan saling menyalahkan satu sama lain sebagai penyebab penderitaan mereka.
Sering kali Haw memikirkan rekan tikus mereka, Sniff dan Scurry, serta bertannya-tanya apakah mereka sudah menemukan cheese atau belum. Ia yakin sekali mereka juga mengalami masa-masa yang sulit karena berlarian di dalam labirin yang tidak sedikit pun menjanjikan kepastian. Namun, ia juga tahu bahwa keadaan semacam itu hanya akan berlangsung sementara.
Terkadang, Haw membayangkan Sniff dan Scurry telah menemukan Cheese Baru dan sedang menikmatinya. Ia membayangkan mungkin sebaiknya ia juga berlarian berpetualang lagi di labirin dan menemukan Cheese Baru yang masih segar. Ia bahkan hampir bisa merasakannya.
Semakin jelas Haw melihat gambaran dirinya menemukan dan menikmati Cheese Baru, semakin kuat pula dorongan dari dalam dirinya untuk meninggalkan Cheese Station C.
“Ayo kita pergi!” teriaknya tiba-tiba.
“Tidak,” balas Hem dengan cepat. “Aku senang di sini. Nyaman. Kita sudah kenal. Di samping itu di luar sana sangat berbahaya.”
“Sama sekali tidak,” bantah Haw. “Kita sudah menjelajahi banyak tempat sebelumnya, kita bisa melakukannya lagi.”
“Aku sudah terlalu tua untuk itu,” kata Hem. “Dan aku takut, aku tidak ingin tersesat dan mengolok-olok diri sendiri. Kamu juga kan?”
Mendengar itu, ketakutan Haw akan kegagalan pun muncul kembali dan harapannya untuk menemukan Cheese Baru pun surut.
Jadi, setiap hari mereka tetap melakukan hal-hal yang biasa mereka lakukan selama ini. Mereka pergi ke Cheese Station C, tidak menemukan Cheese, lalu pulang ke rumah, dalam keadaan khawatir dan putus asa.
Mereka berusaha menolak kenyataan yang terjadi, namun hal itu mmalah membuat mereka sulit tidur, sehingga membuat mereka kehilangan tenaga pada keesokan harinya dan menjadi semakin mudah tersinggung.
Rumah mereka bukan lagi tempat peristirahatan bagi mereka seperti sebelumnya. Mereka sulit tidur dan sering mimpi buruk tentang tidak menemukan Cheese sama sekali. Namun, Hem dan Haw tetap saja kembali ke Cheese Station C dan menunggu di sana setiap hari.
Menurut Hem, “Tahu tidak, jika saja kita bekerja lebih keras lagi kita akan menemukan bahwa tidak ada perubahan besar. Cheese itu mungkin saja ada di dekat kita. Mungkin mereka menyembunyikannya di balik dinding.”
Keesokan harinya, Hem dan Haw kembali dengan membawa peralatan. Hem membawa pahat, sementara Haw memukul-mukulkan palu sampai mereka membuat lubang di dinding Cheese Station C. Mereka mengintip ke ddalamnya, namun tetap tidak menemukan Cheese.
Mereka kecewa namun masih yakin bahwa mereka bisa memecahkan masalah itu. Maka mereka mulai bekerja lebih pagi, tinggal lebih lama dan bekerja lebih keras. Namun setelah beberapa lama mereka bekerja, yang mereka dapatkan hanyalah lubang besar di dinding.
Haw mulai menyadari adanya perbedaan besar antara aktivitas dan produktivitas.
“Mungkin,” kata Hem, “kita sebaiknya duduk dulu dan melihat apa yang akan terjadi. Cepat atau lambat mereka pasti akan menaruh cheese itu lagi di sini.”
Haw sangat ingin mempercayainya. Maka setiap hari ia pulang ke rumah hanya untuk beristirahat dan kembali dengan enggan bersama Hem ke Cheese Station C. Namun Cheese tidak pernah muncul lagi.
Saat itu mereka menjadi semakin lemah karena lapar dan tertekan. Haw mulai bosan menunggu dan berharap akan adanya perubahan situasi. Ia mulai menyadari semakin lama mereka berada dalam keadaan tanpa Cheese, keadaan mereka akan bertambah parah.
Haw tahu mereka sudah sampai pada batas kekuatan dan kesabaran mereka.
Akhirnya, pada suatu hari Hawmnertawakan dirinya sendiri. “Haw (ha), Haw (ha), lihatlah keadaan kita. Kita tetap melakukan hal yang sama terus menerus dan bertanya-tanya mengapa keadaan tidak bertambah baik. Jika ini tidak bisa dibilang konyol, pasti ada istilah yang lebih lucu lagi.”
Haw tidak menyukai ide untuk berlarian lagi di labirin, karena ia tahu akan tersesat dan tidak tahu dimana ia akan menemukan Cheese. Namun ia harus menertawakan kebodohannya, dan bagaimana rasa takutnya telah mempermainkan dirinya.
Ia bertanya kepada Hem, “Di manakah kita meletakkan sepatu lari kita?” Butuh waktu lama untuk menemukannya, karena mereka telah memindahkan barang-barang saat menemukan Cheese mereka di Cheese Station C, dan menurut mereka, saat itu, tidak akan memerlukan sepatu itu lagi.
Ketika Hem melihat rekannya mulai mengenakan peralatan larinya, ia berkata, “Kamu tidak serius akan berlarian di dalam labirin lagi, kan? Mengapa tidak menunggu saja di sini bersamaku sampai mereka menaruh Cheese lagi di sini?”
“Karena, kamu tidak memahaminya,” kata Haw. “Aku sebenarnya juga tidak ingin kembali ke sana, namun sekarang aku sadar mereka tidak akan pernah mengembalikan Cheese yang lalu ke sini. Inilah saatnya menemukan Cheese Baru.”
Hem membantah, “Tapi bagaimana jika di luar sana juga tidak ada Cheese? Atau kalaupun ada, tapi kamu tidak bisa menemukannya?”
“Aku tak tahu, “ jawab Haw. Ia sudah menanyakan pertanyaan yang sama kepada dirinya sendiri berkali-kali dan merasakan ketakutannya muncul kembali, ketakutan yang membuat ia berada di tempat yang sama sampai saat ini.
Ia bertanya kepada dirinya sendiri, “Di manakah kesempatan yang lebih besar untuk menemukan Cheese, di sini atau di dalam Labirin?”
Ia membayangkan satu gambar dalam angannya. Ia melihat dirinya sendiri keluar dari Labirin dengan senyum di wajahnya.
Meskipun gambaran itu mengejutkannya, namun hal itu membuatnya merasa lebih baik. Ia melihat dirinya tersesat berkali-kali di dalam Labirin, namun cukup percaya diri bahwa akhirnya ia menemukan Cheese Baru di luar sana bersamaan dengan hal-hal baik yang menyertainya. Ia mulai mengumpulkan keberaniannya.
Kemudian ia mulai menggunakan imajinasinya untuk menggambarkan gambaran yang paling ia yakini, dengan detail yang realistis, bahwa ia akan menemukan dan menikmati rasa Cheese Baru.
Ia melihat dirinya sedang makan cheese Swiss yang berlubang-lubang, cheese Cheddar dan cheese Amrika yang berwarna oranye terang, cheese mozzarella dari Italia, dan lembutnya cheese Perancis Camembert, serta ….
Kemudian ia mendengar Hem mengatakan sesuatu, dan menyadari bahwa mereka masih di dalam Cheese Station C.
Haw berkata, “Hem, kadangkala, sesuatu itu berubah dan mereka tidak akan pernah sama lagi. Hal ini sama seperti yang terjadi dulu. Itulah hidup! Kehidupan terus berjalan. Dan kita pun harus demikian.”
Haw melihat pada rekannya yang diam saja dan mencoba menjelaskan pemikirannya kepadanya, akan tetapi ketakutan Hem sudah berubah menjadi kemarahan dan ia tidak lagi mau mendengarkan.
Haw tidak bermaksud menyinggung temannya, akan tetapi ia harus menertawakan betapa bodohnya mereka berdua.
Saat Haw bersiap-siap untuk berangkat, ia mulai merasa lebih bergairah, tahu bahwa akhirnya ia bisa menertawakan diri sendiri, merelakan dan bergerak maju. Haw tertawa dan mengumumkan, “Inilah waktunya ber-LABIRIN!”
Hem tidak tertawa dan juga tidak bereaksi.
Haw mengambil batu kecil yang tajam dan menuliskan bahan untuk dipikirkan oleh Hem di dinding. Sama seperti kebiasaannya, Haw bahkan menggambar Cheese di sekelilingnya, dengan harapan tulisan itu bisa membuat Hem tersenyum, tergugah dan mulai mengejar Cheese Baru. Akan tetapi Hem tidak ingin melihatnya.
Tertulis :
Jika Anda Tidak Berubah, Anda Akan Punah.
Kemudian, Haw menjulurkan kepalanya keluar dan mengintip dengan cemas kea rah labirin. Ia berpikir kenapa ia bisa terjebak dalam situasi tanpa Cheese seperti ini.
Ia pernah punya keyakinan bahwa bisa jadi di dalam sana tidak ada Cheese, dan mungkin ia tidak akan pernah menemukannya. Keyakinan yang timbul karena ketakutannya itu telah membekukan dan membunuhnya.
Haw tersenyum. Ia tahu Hem pasti sedang bertanya-tanya “Who Moved My Cheese?”, namun saat ini Haw sedang bertanya pula, “Mengapa aku tidak bangkit dan bergerak bersama Cheese lebih awal?”
Saat ia mulai masuk ke dalam labirin, Haw menoleh lagi ke belakang, dan bisa merasakan kenyamanannya. Ia bisa merasakan dirinya ditarik ke daerah yang telah dikenalnya dengan baik, walaupun ia sudah lama tidak lagi menemukan Cheese di sana.
Haw menjadi lebih cemas dan bertanya-tanya apakah ia benar-benar ingin pergi ke dalam labirin. Ia menuliskan pepatah di dinding yang ada di depannya dan menatapnya beberapa saat :
Apa yang Akan Anda Lakukan Jika Anda Tidak Takut?
Ia memikirkaannya. Ia tahu kadang rasa takut penting juga. Saat rasa takut menyerang, segala sesuatunya akan menjadi semakin buruk jika kita tidak berbuat sesuatu, sehingga hal itu bisa mendorong kita untuk melakukan sesuatu. Namun, rasa takut tak akan berguna jika terlalu takut sehingga Anda tidak berani melakukan apa pun.
Ia melihat ke sebelah kanannya, ke bagian labirin yang belum pernah dijelajahinya, dan rasa takutnya pun mulai menyerang.
Kemudian ia mengambil napas dalam-dalam, berbelok ke kanan, masuk ke dalam labirin, sambil berlari-lari kecil menuju ke tempat yang belum diketahuinya.
Saat ia mencoba menemukan jalannya, pada mulanya Haw merasa khawatir, jangan-jangan ia sudah terlalu lama menunggu di Cheese Station C. Ia sudah lama tidak makan Cheese yang membuat keadaannya saat ini lemah. Ia memerlukan waktu yang lebih lama, dan lebih sulit untuk berjalan di dalam labirin dibanding dulu. Ia memutuskan, jika ia mendapat kesempatan sekali lagi, ia akan keluar dari zona kenikmatannya dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi secepat mungkin. Hal itu akan membuat segalanya lebih mudah.
Kemudian Haw tersenyum simpul saat terlintas dalam pikirannya, “Lebih baik terlambat darripada tidak sama sekali.”
Selama beberapa hari Haw bisa menemukan sedikit Cheese di sini dan sedikit lagi di sana, namun jumlahnya tidak cukup banyak untuk bertahan lama. Ia berharap bisa menemukan Cheese dalam jumlah cukup besar, sehingga bisa dibawa kembali ke tempat Hem berada dan untuk membujuknya keluar dan kembali masuk ke dalam labirin.
Namun saat ini Haw masih belum begitu percaya diri. Ia masih sering kebingungan di dalam labirin. Banyak hal sudah berubah sejak terakhir kali ia masuk ke sana.
Saat ia merasa sudah mendapat kemajuan, tiba-tiba ia mendapati dirinya tersesat dalam lorong-lorong labirin. Perkembangannya seperti maju dua langkah lalu mundur lagi satu langkah. Itulah tantangannya, namun ia mengakui bahwa kembali ke labirin, memburu Cheese, tidaklah seburuk yang ia takutkan sebelumnya.
Setelah lewat beberapa waktu, ia mulai bertanya-tanya, apakah cukup realistis jika ia berharap dapat menemukan Cheese Baru. Apakah ia telah makan lebih dari yang bisa ia makan. Kemudian ia tertawa, menyadari bahwa saat ini tak ada sesuatu yang bisa ia makan.
Setiap kali ia merasa takut, ia mengingatkan diri sendiri akan apa yang sudah ia lakukan, betapa tidak nyamannya saat itu, bahhwa keadaan saat ini jauh lebih baik dibanding dengan keadaan tanpa Cheese untuk dimakan. Kini ia memegang kendali, tidak lagi pasrah pada keadaan.
Kemudian ia mengingatkan dirinya sendiri, jika Sniff dan Scurry saja bisa berjalan terus, tentu ia juga bisa!
Kemudian, saat Haw melihat kembali ke belakang, baru disadarinya bahwa lenyapnya Cheese di Cheese Station C tidaklah terjadi begitu saja seperti yang dipercayainya selama ini. Jumlah Cheese yang ada, memang semakin berkurang, dan yang tertinggal pun sudah tua. Yang rasanya sudah tidakk enak.
Bahkan jamur pun sudah bertumbuh di atas cheese-cheese tua itu. Namun ia tidak begitu memperhatikan. Diakuinya juga, jika ia menyempatkan diri memperhatikan hal-hal tersebut, pasti ia sudah bisa menduga apa yang akan terjadi. Namun itu tidak ia lakukan.
Sekarang Haw sadar bahwa perubahan tidak akan mengejutkannya jika ia selalu memperhatikan kejadian-kejadian yang ada dan mengantisipasi perubahan yang terjadi. Mungkin itulah yang telah dilakukan oleh Sniff dan Scurry.
Ia memutuskan untuk lebih waspada mulai sekarang. Ia akan menyongsong perubahan yang dating dan mengatasinya. Ia akan lebih memperhatikan nalurinya untuk merasakan saat perubahan akan terjadi dan mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri. Ia berhenti untuk beristirahat dan menulis di dinding Labirin :
Ciumlah Cheese Sesering Mungkin Sehingga Anda Tahu Saat Ia Mulai Membusuk.
Beberapa waktu kemudian, sesudah sekian lama tidak juga menemukan Cheese, Haw menemukan sebuah Cheese Station besar yang tampak menjanjikan. Namun saat ia masuk ke dalamnya, ia sangat kecewa ternyata kosong.
“Perasaan kosong ini sudah sering aku rasakan, “ pikirnya. Ia merasa putus asa dan ingin menyerah saja. Kakuatan Haw jauh menurun. Ia tahu ia tersesat dan takut kalau tidak bisa bertahan hidup. Ia berpikir untuk berbalik arah dan kembali ke Cheese Station C. Paling tidak jika ia kembali, dan Hem masih ada di sana, ia tidak akan sendirian. Kemudian ia menanyakan pertanyaan yang sama lagi, “Apa yang akan saya lakukan jika saya tidak takut?”
Haw merasa bahwa ia sudah bisa mengatasi rasa takutnya, namun sebenarnya ia lebih sering merasa takut dibandingkan keberanian yang ia akui, bahkan pada dirinya senndiri. Ia tidak selalu begitu yakin akan penyebab rasa takut itu, namun, dalam kondisi yang semakin lemah, ia tahu bahwa sebenarnya ia takut pergi sendiri. Haw tidak mengetahuinya, hal itu terjadi karena rasa takut yang ditimbulkan oleh berbagai macam kepercayaan yang diyakininya lebih mendominasi dirinya.
Haw bertanya-tanya apakah Hem juga sudah mulai bergerak, atau masih terbelenggu oleh ketakutan-ketakutannya. Kemudian Haw ingat masa-masa terbaiknya saat berada di tengah belantara labirin. Yaitu saat ia terus bergerak.
Ia menulis lagi di dinding, karena tulisannya lebih merupakan pengingat bagi dirinya sendiri disbanding sebagai petunjuk jalan bagi temannya, si Hem, dengan harapan akan diikuti :
Gerakan ke Arah Baru Membantu Anda Menemukan Cheese Baru.
Haw melihat jauh ke jalan setapak yang gelap dan ia sadar kalau ia takut. Apa yang ada di depan sana? Apakah kosong? Atau bahkan lebih buruk lagi, ada bahaya mengancam? Ia mulai membayangkan hal-hal yang menakutkan yang bisa terjadi pada dirinya. Ia membuat dirinya sendiri ketakutan setengah mati.
Kemudian ia tertawa sendiri. Ia sadar bahwa rasa takut akan membuat keadaan menjadi bertambah buruk. Maka ia pun melakukan apa yang akan ia lakukan jika ia tidak takut. Ia bergerak kea rah yang baru.
Saat ia mulai berlari memasuki lorong yang gelap itu, ia pun tersenyum. Ia tidak menyadari sebelumnya, namun ia menemukan hal yang menyejukkan jiwanya. Ia merelakan yang telah terjadi dan mempercayai apa yang ada di depannya, meskipun ia tak tahu apa yang menantinya di depan sana.
Di luar perkiraannya, ia mulai menikmati apa yang dilakukannya. “Mengapa aku merasa sangat senang?” pikirnya keheranan. “Aku tidak punya Cheese secuil pun dan tak tahu akan kemana.”
Segera setelah itu, ia tahu apa yang membuatnya bahagia. Ia berhenti dan menulis lagi di dinding :
Saat Anda Meninggalkan Rasa Takut di Belakang, Anda Akan Merasa Bebas.
Haw menyadari bahwa dirinya telah terbelenggu oleh rasa takutnya sendiri. Bergerak menuju arah yang berbeda telah membebaskannya.
Sekarang ia bisa merasakan tiupan angina dingin yang menyegarkan di bagian labirin tersebut. Ia mengambil napas panjang beberapa kali dan merasakan energi baru mengalir ke dalam tubuhnya. Begitu ia bisa mengatasi rasa takutnya, ternyata berada di labirin terasa lebih menyenangkan, berbeda dengan yang dulu dipercayainya.
Sudah lama Haw tidak merasakan hal seperti itu. Bahkan ia sudah hampir lupa betapa menyenangkannya mengejar Cheese itu.
Agar segalanya menjadi lebih baik, Haw mulai melukis gambar angan-angannya lagi. Ia melihat dirinya secara utuh sedang duduk di tengah tumpukan Cheese kesukaannya, baik Cheddar maupun Brie! Ia melihat dirinya makan cheese favoritnya sebanyak ia mau, dan ia menikmati pemandangan yang dilihatnya. Kemudian ia membayangkan bagaimana puasnya ia bisa merasakan rasa cheese yang enak-enak itu.
Semakin jelas ia melihat bayangan dirinya menikmati Cheese Baru, semakin nyata dan yakin bahwa hal itu bisa didapatkannya. Ia bisa merasakan bahwa ia akan memperoleh semuanya. Ia lalu menulis :
Membayangkan Diriku Sendiri Sedang Menikmati Cheese Baru, Bahkan Sebelum Aku Menemukannya, Telah Mengarahkan Aku Kepadanya.
Haw tidak lagi berpikir tentang kerugian yang bakal ia derita, sebagai gantinya ia memikirkan tentang apa yang akan ia peroleh.
Ia terheran-heran mengapa sebelumnya ia selalu berpikir bahwa perubahan akan selalu berakibat buruk. Sekarang ia menyadari bahwa perubahan bisa mengarah ke sesuatu yang lebih baik.
“Mengapa aku tidak bisa melihat hal ini sebelumnya?” tanyanya pada diri sendiri.
Dan kemudian ia pun berlari sepanjang labirin dengan kekuatan dan semangat yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Tak lama kemudian ia menemukan Cheese Station dan sangat gembira ketika melihat ada sepotong Cheese Baru terlihat di dekat pintu masuk.
Ada berbagai jenis Cheese yang belum pernah ia lihat sebelumnya, namun semuanya kelihatan enak. Ia mencoba dan ternyata memang enak.
Ia memakan hampir seluruh Cheese Baru yang ada dan menyimpan sedikit di kantongnya untuk dimakan kemudian atau bahkan untuk dibagikan kepada Hem. Kekuatannya pun mulai pulih.
Ia memasuki Cheese Station Baru itu dengan penuh kegembiraan. Namun, ternyata di dalamnya kosong, sungguh mengecewakan. Seseorang sudah lebih dulu menghabiskan Cheese di situ dan hanya meninggalkan kepingan-kepingan kecil Cheese Baru.
Ia menyadari bahwa jika saja ia bergerak lebih cepat, ia akan menemukan banyak Cheese Baru di sini.
Haw memutuskan untuk kembali dan akan melihat apakah Hem sudah siap untuk bergabung. Saat ia berbalik ke jalan yang pernah dilewatinya, ia berhenti dan menulis di dinding :
Semakin Cepat Anda Melupakan Cheese Lama, Semakin Cepat Pula Anda Menemukan Cheese Baru.
Beberapa saat kemudian Haw kembali ke Cheese Station C dan menemukan Hem di sana. Ia menawarkan sepotong Cheese baru, namun ditolak.
Hem menghargai tawaran temannya itu, namun katanya, “Kupikir aku tidak akan suka
Cheese Baru. Itu bukan yang biasa aku makan. Aku ingin Cheese-ku kembali dan aku tidak akan berubah sampai aku dapatkan yang aku mau.”
Haw hanya bisa menggelengkan kepalanya, kecewa dan dengan enggan kembali keluar seorang diri. Saat ia telah kembali di ujung tempat terjauh yang pernah ia jelajahi, ia pun merasa kehilangan teman, namun menyadari ia menyukai apa yang sedang ditemukannya. Bahkan sebelum menemukan impiannya, persediaan Cheese Baru yang banyak, jika ada, ia tahu bahwa yang membuatnya bahagia bukanllah hanya memiliki Cheese.
Ia bahagia karena tidak dikejar-kejar oleh rasa takutnya. Ia menyukai apa yang sedang ia lakukan sekarang.
Menyadari hal ini, Haw tidak lagi merasa selemah saat ia masih tinggal di Cheese Station C tanpa Cheese. Kesadaran bahwa ia tidak akan membiarkan rasa takutnya menghentikannya dan bahwa ia sekarang menuju kea rah baru membuat Haw bersemangat dan merasa kuat.
Sekarang ia merasa bahwa tinggal menunggu waktu saja sebelum ia menemukan yang ia butuhkan. Bahkan ia sudah bisa merasakan ia telah menemukan apa yang ia cari. Ia tersenyum saat menyadari :
Jauh Lebih Aman Pergi Mencari Cheese di Labirin di Banding Tetap Bertahan dalam Keadaan Tanpa Cheese.
Haw kembali menyadari, seperti yang pernah ia rasakan sebelumnya, yaitu bahwa apa yang kita takutkan tidaklah seburuk yang kita bayangkan. Ketakutan yang kita biarkan berkembang dalam pikiran kita jauh lebih buruk daripada kenyataan sebenarnya.
Ia pernah sangat takut kalau-kalau tidak bisa menemukan Cheese lagi, dan oleh karenanya ia takut untuk mulai mencari. Namun sejak ia memulai perjalanannya ia menemukan cukup banyak Cheese di lorong-lorong untuk membantunya bertahan. Dan sekarang ia berencana untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Hanya berencana saja sudah membuatnya bergairah.
Pemikirannya di masa lalu telah tertutup oleh awan kecemasan dan ketakutannya. Ia pernah berpikir akan kekurangan Cheese, atau Cheese-nya tidak bisa bertahan lama. Ia juga lebih banyak berpikir tentang akibat buruk apa yang akan terjadi dibandingkan, kebaikan apa yang bisa ia peroleh. Namun hal itu sudah berubah saat ia meninggalkan Cheese Station C.
Ia pernah punya keyakinan bahwa Cheese sebaiknya tidak boleh dipindahkan dan perubahan adalah sesuatu yang salah.
Saat ini ia menyadari bahwa perubahan akan selalu terjadi, baik kita mengharapkannya atau tidak. Perubahan hanya bisa mengagetkan kita jika kita tidak mengharapkannya dan tidak memperkirakannya. Saat menyadari bahwa keyakinannya telah berubah, ia berhenti untuk menulis di dinding :
Keyakinan Lama Tidak Akan Membawa Anda Kepada Cheese Baru.
Haw belum lagi menemukan Cheese, namun saat ia berlarian di dalam Labirin, ia memikirkan pelajaran-pelajaran yang ia dapatkan.
Haw sekarang sadar bahwa keyakinan barunya membentuk perilaku yang baru pula. Tindakannya saat ini sangat berbeda dengan apa yang ia lakukan saat masih bolak balik ke station cheese yang kosong dulu.
Ia tahu saat Anda mengubah keyakinan anda, tindakan Anda pun berubah.
Bisa saja Anda percaya bahwa perubahan akan mencelakakan Anda sehingga Anda menolaknya. Namun bisa pula Anda berkeyakinan bahwa menemukan Cheese Baru akan sangat membantu Anda, oleh karena itu Anda menyambut perubahan yang terjadi. Itu semua tergantung dari pilihan keyakinan Anda. Ia menulis di dinding :
Saat Anda Sadarr Bahwa Anda Bisa Menemukan Cheese dan Menikmati Cheese Baru, Anda Akan Mengubah Haluan.
Haw mengakui jika saja ia lebih cepat menggatasi perubahan yang terjadii dan meninggalkan Cheese Station C dari awal, mungkin keadaannya sudah lebih baik. Ia akan merasa lebih kuat dan sehat lahir batin serta siap menghadapi tantangan pencarian Cheese Baru. Bahkan, mungkin ia sudah menemukannya sekarang jika saja ia siap mengantisipasi perubahan, daripada membuang waktu untuk menyangkal bahwa perubahan sudah datang.
Ia menggunakan imajinasinya lagi dan melihat dirinya telah menemukan Cheese Baru dan sedang menikmatinya. Ia memutuskan untuk terus menjelajahi bagian-bagian yang belum diketahuinya di dalam Labirin, dana menemukan sedikit Cheese di sana-sini. Haw pun mulai mendapatkan kembali kekuatan dan kepercayaan dirinya.
Saat ia memikirkan tempat asalnya dulu, Haw merasa gembira karena telah menulisi dinding labirin di beberapa tempat. Ia yakin tulisan-tulisan itu bisa menjadi petunjuk jalan bagi Hem, jika ia memutuskan untuk meninggalkan Cheese Station C.
Haw hanya berharap ia menuju ke arah yang benar. Ia memikirkan tentang kemungkinan Hem membaca Tulisan Tangan di Dinding dan menemukan jalannya. Ia menulis di dinding, suatu hal yang telah berulang kali dipikirkannya :
Memperhatikan Perubahan-perubahan Kecil Sejak Awal Akan Membantu Anda Menyesuaikan Diri Terhadap Perubahan Besar yang Akan Muncul.
Saat ini, Haw telah bisa melupakan masa lalu dan mennyesuaikan diri dengan situasi sekarang. Ia meneruskan pencariannya di dalam labirin dengan kekuatan dan kecepatan yang terus bertambah. Dan tak lama kemudian, terjadilah.
Saat ia merasa bahwa ia akan terjebak dalam labirin selamanya, perjalanannya – atau setidaknya perjalanannya saat ini – berakhir dengan cepat dan menggembirakan. Haw menyusuri sebuah lorong yang belum pernah dimasukinya, berbelok dan ia menemukan Cheese Baru di Cheese Station N!
Saat ia masuk, pemandangan di depannya membuatnya sangat terkejut. Tumpukan Cheese tampak ada di mana-mana, benar-benar persediaan Cheese terbesar yang pernah dilihatnya. Tidak semua Cheese dikenalnya, karena beberapa di antara Cheese tersebut ada yang baru pertama kali ini dilihatnya.
Untuk sesaat ia bertanya-tanya apakah ini benar-benar tejadi atau hanya khayalannya saja, sampai ia melihat dua teman lamanya Sniff dan Scurry. Sniff menyembutnya dengan anggukan kepala dan Scurry melambaikan cakarnya. Perut mereka yang membuncit menunjukkan bahwa mereka sudah cukup lama di sana.
Haw dengan cepat membalas salam itu dan segera mencicipi semua Cheese kesukaannya. Ia melepas sepatu larinya, mengikat kedua talinya dan mengalungkannya di leher. Sniff dan Scurry tertawa. Mereka menganggukkan kepala tanda setuju. Kemudian Haw menerjang Cheese Baru. Saat ia sudah kenyang, diangkatnya sepotong Cheese segar dan bersulang, “Selamat untuk Cheese!”
Saat Haw menikmati Cheese-nya, ia mengingat-ingat kembali pelajaran yang diperolehnya. Ia sadar saat ia merasa takut berubah ia terbelenggu oleh bayangan meengenai Cheese Lama yang sebetulnya sudah tidak ada lagi.
Jadi apa yang membuatnya berubah? Apakah rasa takut akan mati kelaparan? Haw tersenyum, karena hal semacam itu kadang bisa membantu juga. Kemudian ia tertawa dan menyadari baha ia mulai berubah saat ia belajar untuk mentertawakan dirinya sendiri atas kesalahan yang ia lakukan. Ia sadar bahwa cara tercepat untuk berubah adalah dengan menertawakan kebodohan diri sendiri – sehingga kita bisa merelakan, melupakan dan dengan cepat mulai bergerak.
Ia tahu, ia telah belajar hal yang sangat berguna dari rekan tikusnya, Sniff dan Scurry. Mereka membuat hidup ini sederhana. Mereka tidak melakukan analisa mendalam dan memperumit masalah. Saat situasi berubah dan Cheese dipindahkan, mereka berubah dan bergerak mengikuti Cheese. Ia akan mengingat hal itu.
Haw juga menggunakan otaknya yang luar biasa untuk melakukan hal yang bisa diilakukan lebih baik oleh kurcaci dibandingkan tikus. Ia membayangkan dirinya – dengan detail yang sangat nyata – sedang menemukan sesuatu yang lebih baik – jauh lebih baik. Ia mengingat kembali kesalahan-kesalahan yang dibuatnya dimasa lalu dan menggunakannya untuk merencanakan masa depannya. Ia tahu bahwa kita bisa belajar untuk mengatasi perubahan.
Anda bisa menjadi lebih sadar untuk tetap menyederhanakan segala sesuatunya, menjadi lebih luwes dan bergerak cepat. Anda tidak perlu memperumit permasalahan atau membingungkan diri sendiri dengan berbagai keyakinan-keyakinan lama. Anda sebaiknya memperhatikan perubahan-perubahan kecil yang terjadi sehingga saat perubahan besar dating Anda sudah siap.
Ia tahu bahwa ia harus segera menyesuaikan diri, karena jika Anda tidak segera beradaptasi, bisa jadi Anda tidak akan pernah bisa menyesuaikan diri. Ia juga menyadari bahwa halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri, dan masalahnya tidak akan membaik jika Anda tidak berubah.
Mungkin yang paling penting adalah selalu ada Cheese Baru di luar sana baik kita sadari atau tidak. Dan kita baru bisa mendapatkannya jika kita bisa mengatasi rasa takut dan menikmati petualangannya.
Ia tahu rasa takut itu penting, karena akan menjauhkan kita dari bahaya. Namun ia menyadari sebagian besar ketakutannya tidak masuk akal dan menghalanginya untuk berubah saat diperlukan. Saat itu ia tidak menyukai perubahan, namun ternyata perubahan tersebut menjadi suatu karunia yang mengantarkannya menemukan Cheese yang lebih baik. Bahkan ia menemukan bagian dirinya yang lebih baik juga.
Saat Haw mengingat-ingat hal yang telah dipelajarinya, ia teringat temannya Hem. Ia bertanya-tanya apakah Hem sudah membaca pesan-pesan yang ia tuliskan di dinding Cheese Station C dan Labirin. Apakah Hem sudah memutuskan untuk merelakan dan mulai bergerak? Apakah ia telah masuk ke dalam Labirin dan menemukan hal-hal yang membuat hidupnya lebih baik? Ataukah Hem tetap saja membatu karena ia tidak mau berubah?
Haw berpikir untuk kembali lagi ke Cheese Station C untuk melihat apakah Hem masih ada di sana – dengan asumsi ia masih bisa mengingat jalan kembali. Jika ia menemukan Cheese di sana, ia mungkin bisa menunjukkan cara bagaimana ia bisa keluar dari kesulitan yang dihadapinya. Namun Haw juga sadar bahwa ia sudah pernah mencoba untuk membuat temannya itu berubah.
Hem harus bisa menemukan jalannya sendiri, keluar dari rasa nyamannya dan mengatasi rasa takutnya. Tak ada seorang pun yang bisa melakukan hal itu untuknya atau membujuknya. Ia harus bisa melihat keuntungan dari perubahan yang terjadi bagi dirinya. Haw tahu bahwa ia sudah meninggalkan petunjuk jalan bagi Hem dengan itu pasti ia bisa menemukan jalan, yang diperlukan hanya membaca Tulisan Tangann di Dinding.
Ia menghentikan lamunannya dan menuliskan ringkasan pelajaran yang diperolehnya di dinding terbesar di Cheese Station N. Digambarnya potongan Cheese yang besar di sekeliling kebenaran-kebenaran yang diperolehnya dan ia tersenyum saat ia melihat apa yang telah didapatkan.
Haw tahu ia telah banyak berubah sejak terakhir kali ia bersama Hem di Station Cheese C, namun ia juga sadar bahwa dengan mudah ia bisa kembali kekebiasaan lama jika ia merasa terlalu nyaman. Oleh karena itu, setiap hari ia memeriksa Cheese Station N untuk melihat keadaan Cheese-nya. Ia akan melakukan segalanya agar perubahan tidak lagi mengejutkannya.
Meskipun Haw mempunyai persediaan Cheese yang sangat banyak, ia masih sering menjelajahi labirin dan mendatangi daerah-daerah baru, sehingga ia akan tetap tahu apa yang terjadi di sekitarnya. Menurutnya jauh lebih aman jika ia menyadari pilihan-pilihan yang ada di depannya dibandingkan mengunci diri dalam zona kenyamanannya sendiri.
Kemudian, Haw mendengar suara yang menurutnnya berasal dari dalam labirin. Suara rebut itu semakin keras terdengar, ia sadar bahwa seseorang sedang menuju ke sana. Hemkah yang dating? Diakah yang akan muncul di belokan sana? Haw berdoa singkat dan berharap – seperti yang sering ia lakukan selama ini – bahwa mungkin, akhirnya, temannya mampu untuk …
Bergerak Bersama Cheese dan Menikmatinya !
Akhirnya, yang manakah tokoh yang mencerminkan diri and? Sniff, Scurry, Hem atau Haw?