Outsource your programming projects at ScriptLance.com today - Free signup
Daftar di PayPal, lalu mulai terima pembayaran menggunakan kartu kredit secara instan.
Get paid To Promote at any Location

Iskandar Zulkarnain

Siapakah ISKANDAR ZULKARNAIN?, itulah pertanyaan yang sering muncul ketika menelaah isi Al Quran.

Kebanyakan orang2 berpendapat dan menduga bahwa Iskandar Zulkarnain adalah Alexander the Great dari Makedonia, namun faktanya sampai saat ini, belum ada yang secara pasti mengetahui siapa Iskandar Zulkarnain itu sesungguhnya.

Kutipan terjemahan Al-Quran (Surah Al Kahfi 83-101) tentang Zulkarnain :

83. Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah : Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya?

84. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.

85. maka dia pun menempuh suatu jalan.

86. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: ?Hai Zulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka?

87. Berkata Zulkarnain: ?Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya.

88. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami?

89. Kemudian dia menempuh jalan (yang lain).

90. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu.

91. demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya.

92. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi).

93. Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.

94. Mereka berkata: ?Hai Zulkarnain, sesungguhnya Ya?juj dan Makjuj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka??

95. Zulkarnain berkata: ?Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,

96. Berilah aku potongan-potongan besi? Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain: Tiuplah (api itu)?. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata: ?Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu?

97. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.

98. Zulkarnain berkata: ?Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar

Dalam kutipan ayat Al Quran diatas tersebut kata Zulkarnain, namun tidak ada sepatah kata pun yang menunjukan kata Iskandar, jadi kita bisa berkesimpulan untuk menyelidiki Siapa Zulkarnain itu? tidak perlu membawa nama Iskandar.

image

Dalam beberapa sumber luar, kata Zulkarnain itu bermakna dua tanduk dan apabila kita memakai sumber sederhana ini, maka Zulkarnain merujuk kepada Cyrus the Great (Kaisar Persia Kuno) karena Cyrus memakai mahkota berbentuk dua tanduk dalam menjalankan tahtanya, selain fakta tersebut, Cyrus memiliki luas kekuasaan kerajaanya begitu luas seperti yang terkutip dalam Al Quran, dan ia dalam beberapa sumber juga merupakan Kaisar yang taat beribadah.

image Bila kita bandingkan Zukarnaen dengan Alexander Makedonia, maka ia sama sekali tidak memiliki klasifikasi tersebut, karena selain ia seorang Polytheisme ia juga termasuk Raja yang suka bermabuk-mabukan, dan bermaksiat. Satu-satunya Klasifikasi yg memenuhi adalah Luas Wilayah Kerajaanya, Seperti kita ketahui, Alexander memiliki kekuasaan yang membentang dari Eropa Timur, Afrika Utara sampai Asia.

 

 

 

 


Sumber : http://sukmayudha1992.blogspot.com/2010/02/iskandar-zulkarnain.html

Antara Tembok Raksasa Cina dan Zulkarnain

image Diperkirakan sumber awal yang menyatakan bahwa Zulkarnaen (tanpa Iskandar) adalah Alexander the Great dalam khasanah literatur Islam adalah Ibn Hisyam. Ibn Hiyam adalah salah satu ahli sejarah Islam awal yang menulis sejarah kehidupan Rasulullah. Sebagai bahan dasar penulisan sejarah Rasulullah tersebut beliau banyak mengambil bahan dari sejarah Rasulullah yang ditulis oleh Ibn Ishaq (yang sekarang diyakini/diperkirakan tidak ada lagi).

Kembali ke pokok permasalahan, dalam karyanya Ibn Hisyam memberikan komentar tentang siapakah Zulkarnaen dengan mengasosiasikan dia dengan Alexander dari Yunani, dengan tafsiran bahwa “2 tanduknya” adalah rentangan kekuasaannya yang terbentang dari Yunani ke Persia (dahulu kekuasaan kerajaan Persia sampai ke India), atau dari barat sampai ke timur. Kemungkinan besar sejak saat itulah diasosiasikan bahwa Zulkarnaen adalah Alexander (atau Iskandar menurut bahasa Arab dan Eskandar menurut bahasa Persia).

Namun asosiasi tersebut menjadi bermasalah salah satunya karena Alexander diperkirakan bukan seorang monoteis. Oleh karena itu Sayyid Abul Ala Maududi berpendapat bahwa Zulkarnaen bukanlah Alexander.

Maududi berpendapat bahwa sifat-sifat Zulkarnaen adalah :

  1. Sudah meninggal saat Qur’an diturunkan
  2. Punya 2 tanduk
  3. Kekuasaannya meliputi suatu daerah yang sangat luas
  4. Membangun tembok untuk menahan Yajuj dan Majuj
  5. Penguasa yang adil dan percaya kepada Tuhan

image Cyrus the Great (590 — 529 sblm Masehi) adalah pendiri dan penguasa kerajaan Persia Kuno. Kerajaannya terbentang dari Asia Barat Selatan (Libanon, Israel) hingga Pakistan (sekarang), dari Timur Tengah hingga Armenia. Kekuasaannya meliputi Timur Barat Utara Selatan. Kerajaan Persia terkenal dengan logo domba dengan 2 tanduk yang melingkar. Al Maududi mengenai tembok besi untuk menghalang Yajuj dan Majuj berpendapat bahwa Yajuj dan Majuj adalah bangsa barbar yang tinggal di daerah Asia Tengah (seperti Mongol, Tartar, Hun, Scythian) dan, menurut Maududi, Cyrus telah membangun dinding untuk membatasi bangsa yang lebih beradap dari bangsa2 barbar tersebut. Selain itu Cyrus terkenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Bahkan dikabarkan dia melepaskan Bani Israel karena Bani Israel adalah kaum monoteistik dan memerintahkan pembangunan Kuil Sulaiman sebagai tempat penyembahan kepada Tuhan.

Orang Israel dan Christian mengenal adanya Book of Daniel, yang menceritakan kehidupan orang Israel dibawah kekuasaan dan tirani Nebukadnezar, dengan Daniel sebagai tokoh utamanya. Daniel adalah orang Israel yang memilii kemampuan menafsirkan mimpi, dan dia sempat menjadi penasehat Nebukadnezar karena kemampuannya trersebut. Pada suatu ketika Daniel bermimpi akan adanya seekor domba dengan 2 tanduk. Salah satu tanduknya agak panjang sebelah. Domba itu menyeruduk ke Barat, Keselatan dan keUtara. Tidak ada binatang yang tahan tandukan domba tersebut. Seekor kambing dengan tanduk tunggal diantara 2 matanya muncul dari barat.

Belum lama saya tertarik dengan sebuah buku yang berjudul “Mengungkap Misteri Perjalanan Dzulqarnain ke Cina: Munculnya Ya’juj dan Ma’juj di Asia”.

Berdasarkan penelitian sang penulis, Zulkarnain bukanlah Alexander Agung, karena Alexander Agung bukanlah seorang muslim dan juga merupakan agresor.

Zulkarnain tidak lain adalah Akhnaton (Amnihotib IV), Raja Mesir yang berkuasa antara tahun 1370 s.d. 1352 SM (Dinasti XVIII). Akhnaton sendiri adalah anak dari Amnihotib III yang saat ini kita kenal dengan Fir’aun, raja Mesir yang mengaku dirinya sebagai Tuhan dan ingin membunuh nabi Musa. Banyak fakta yang ditampilkan oleh penulis yang mengarahkan Zulkarnain sebagai anak Firaun. Zulkarnain inilah yang diyakini sebagai orang yang membela Nabi Musa ketika Firaun ingin membunuhnya yang disebutkan dalam Al-Quran sebagai “laki-laki yang beriman”.

Kisah ini bisa disimak dalam Q.S. 40:27 :
Dan berkata Fir`aun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi”.

Q.S. 40:27 :
Dan Musa berkata: “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab”.

Al-Mu`min:028 :
Dan seorang laki-laki yang beriman di antara keluarga (pengikut-pengikut) Fir`aun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu”. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.

image Siapakah lelaki beriman itu? Menurut penulis, dia tidak lain adalah Zulkarnain. Bersama istri dan keenam putrinya beliau mengajarkan untuk bertauhid dan dia adalah satu-satunya raja Mesir dalam sejarah yang beriman kepada satu Tuhan, Tuhannya Matahari, yang pada saat itu Matahari dianggap sebagai Tuhan oleh masyarakat Mesir. Dan sangat mungkin anak Firaun ini beriman, karena beliau hidup semasa dengan Nabi Musa yang ketika kecil nabi Musa dirawat oleh istrinya Firaun. Pergaulannya dengan nabi Musa yang mungkin menyebabkan Akhnaton beriman kepada Allah.

Akhnaton menjadi raja setelah ayahnya Firaun tewas di laut merah ketika mengejar nabi Musa.

Dari sekian banyak raja Mesir, hanya Raja Zulkarnain (Akhnaton) dan keluarganya yang tidak ditemukan muminya meskipun piramid yang akan digunakan untuk makam Raja Akhnaton berhasil ditemukan namun para ahli sejarah tidak berhasil menemukan muminya.

Pertanyaannya, mengapa tidak ada makam Raja Akhnaton? Salah satu jawaban yang mungkin adalah Raja Akhnaton atau Zulkarnain tidak meninggal di Mesir, tetapi di luar Mesir. Perjalanan Zulkarnain ke luar Mesir berdasarkan perintah Allah yang tercatat dalam kisah Zulkarnain di Al-Quran Q.S. Al-Kahfi: 83-99.

Zulkarnain diperintahkan untuk menuju tempat terbenam matahari (Bagian barat bumi), tempat terbit matahari (bagian timur bumi), dan juga menuju tempat “baina as-saddain (di antara dua bukit). Berdasarkan bukti, fakta, dan argumentasi yang diberikan oleh penulis, penulis meyakini bahwa yang dimaksud tempat terbenam matahari adalah kepulauan Maladewa, kemudian beliau menyusuri khatulistiwa menuju tempat terbitnya matahari. Kepulauan Kiribati dinyatakan oleh penulis sebagai tempat terbitnya matahari. Di tempat ini terbit dan terbenamnya matahari selalu sama sepanjang tahun, yaitu terbit selalu jam 06.30 dan terbenam selalu jam 18.30, dengan kata lain siang hari selalu 12 jam, dan malam hari selalu 12 jam. Setelah itu beliau diperintahkan oleh untuk berbelok arah menuju tempat yang terletak di antara dua bukit. Berdasarkan penelitian beliau, lokasi itu tidak lain adalah China.

Cerita Zulkarnain juga terkait dengan Ya’juj dan Ma’juj. Dalam kaidah bahasa Arab, kata Ya’juj dan Ma’juj ini adalah kata yang aneh karena tidak bisa ditashrif. Ternyata Allah ingin membuktikan sebuah sejarah dengan menggunakan kata aslinya. Ya’juj dan Ma’juj ternyata berasal dari bahasa China:

Ya = Asia
Jou atau Zhou = Benua, tempat tinggal
Ma = kuda

Di dalam Surat AL-Kahfi disebutkan bahwa Ya’juj (Penduduk Benua Asia) dan Ma’juj (Penduduk Benua Kuda) adalah perusak di muka bumi.

Pemahaman tentang Ya’juj dan Ma’juj ini juga sejalan dengan hadits nabi :
“Kalian mengatakan, kalian tidak punya musuh. Kalian tetap akan melawan musuh kalian sehingga keluar Ya’juj dan Ma’juj yang bermuka lebar, bermata sipit, bersosok (atau berkulit kuning), akan turun dari setiap perbukitan, seakan wajah mereka rata bagai permukaan palu.” (Hadits riwayat Imam Ahmad)

image Hadits di atas menerangkan sebagian karakteristik fisik Ya’juj dan Ma’juj yang mendiami Asia Timur, Asia Utara, Asia Tengah, dan benua kuda (Bangsa Mongol. Orang Barat menyebutnya Horse People).

Di dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda :
“Tiada ilah selain Allah. Celaka orang-orang Arab akibat kejahatan yang kian dekat. Tembok pemisah (perlindungan dari) Ya’juj dan Ma’juj terlah terbuka, seperti ini,” beliau sambil melingkarkan ibu jari dan telunjuknya. Zainab berkata, “Kataku, Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa sedang di tengah-tengah kita terdapat orang-orang shaleh?” Beliau menjawab, “Ya, jika kejahatan merajalela.” HR. Bukhori.

Perlu dicatat, penulis menganggap bahwa Tembok China yang kita ketahui saat ini adalah tembok yang dibangun oleh Zulkarnain atas permintaan rakyat China untuk melindungi mereka dari bangsa Ya’juj dan Ma’juj.

Hadits riwayat Bukhori di atas diperkirakan disampaikan oleh nabi antara tahun 622-632M. Ketika itu sebagian tembok pemisah yang dibangun Zulkarnain di Vina telah terbuka, yakni antara tahun 615-632 M. Pada rentang tahun itu, China menjadi negara superpower di Asia bagian utara yang dapat menghancurkan Turki bagian timur dan menguasai Mongolia pedalaman, Rodesia, dan daerah-daerah di Asia Tengah dengan kekuatan tentara yang sangat dahsyat di bawah kepemimpinan Kaisar Taizon.

Berbagai bencana, peperangan, dan peristiwa yang terjadi antara 615 – 632 M rupanya menjadi sebab terbukanya sebagian tembok pemisah sebagai pertahanan dari Ya’juj dan Ma’juj, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.

Bencana, peperangan dan kerusakan yang terjadi merupakan parameter Ya’juj dan Ma’juj. Perang sadis dan tidak berperikemanusiaan juga terjadi sekitar tahun 1200-an M di bawah kepemimpinan raja Mongol, Jenghis Khan.

 

Sumber :
http://wong168.wordpress.com/2010/01/17/antara-tembok-besar-cina-dan-zulkarnain/

Uji Kemahiran Bahasa Indonesia

Program Jakarta Jakarta Metro TV melakukan liputan Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI) di Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional. Liputan ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan UKBI.

Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) adalah uji kemahiran (proficiency test) untuk mengukur kemahiran berbahasa seseorang dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik penutur Indonesia maupun penutur asing. UKBI meliputi lima seksi, yaitu Seksi I (Mendengarkan), Seksi II (Merespons Kaidah), Seksi III (Membaca), Seksi IV (Menulis), dan Seksi V (Berbicara).

Pada liputan tersebut salah seorang reporter Metro TV, Dyah Ayu Kusumoningtyas, mengikuti tes UKBI bersama dengan peserta lain yaitu Jan Hendrik Burweg dari Universitat Hamburg, Jerman. Sebagai peserta tes UKBI mereka melakukan beberapa prosedur, yaitu (1) proses pendaftaran dengan mengisi formulir yang telah disediakan, (2) proses pengujian meliputi simulasi UKBI dan tes UKBI, dan (3) penerimaan sertifikat hasil tes UKBI.

UKBI dirintis melalui berbagai peristiwa kebahasaan yang diprakarsai Pusat Bahasa. Gagasan awal tentang perlunya sarana tes bahasa Indonesia yang standar terungkap dalam Kongres Bahasa Indonesia IV pada tahun 1983 dan Kongres Bahasa Indonesia V pada tahun 1988. Sehubungan dengan itu, Pusat Bahasa mulai menyusun dan membakukan sebuah instrumen evaluasi bahasa Indonesia. Pada awal tahun 1990-an, instrumen evaluasi itu diwujudkan, kemudian dinamai Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).

Sejak saat itu UKBI dikembangkan untuk menjadi tes standar yang dirancang guna mengevaluasi kemahiran seseorang dalam berbahasa Indonesia, baik tulis maupun lisan. Dengan UKBI seseorang dapat mengetahui mutu kemahirannya dalam berbahasa Indonesia tanpa mempertimbangkan di mana dan berapa lama ia telah belajar bahasa Indonesia. Sebagai tes bahasa untuk umum, UKBI terbuka bagi setiap penutur bahasa Indonesia, terutama yang berpendidikan, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing. Dengan UKBI, instansi pemerintah dan swasta dapat mengetahui mutu karyawan atau calon karyawannya dalam berbahasa Indonesia.

Demikian pula, perguruan tinggi dapat memanfaatkan UKBI dalam seleksi penerimaan mahasiswa. Melalui Surat Keputusan Mendiknas Nomor 152/U/2003 tanggal 28 Oktober 2003, Menteri Pendidikan Nasional telah mengukuhkan UKBI sebagai sarana untuk menentukan kemahiran berbahasa Indonesia di kalangan masyarakat. UKBI telah memperoleh Surat Pendaftaran Ciptaan Nomor 023993 dan 023994 dari Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia pada tanggal 8 Januari 2004. Sampai tahun 2010 sudah 13.000-an peserta mengikuti tes UKBI.

Pada masa yang akan datang uji kemahiran ini akan digunakan sebagai instrumen penerimaan pegawai dan syarat bagi orang asing yang ingin belajar dan bekerja di Indonesia, seperti halnya TOEFL dalam bahasa Inggris.

 

Sumber : http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv42/?q=detail_berita/2338

Tembok Raksasa China

Tembok Raksasa Cina atau Tembok Besar Cina (Tionghoa Tradisional: 長城; Tionghoa Sederhana: 长城; pinyin: Chángchéng), juga dikenal di Cina dengan nama Tembok Raksasa Sepanjang 10.000 Li¹ (萬里長城; 万里长城; Wànlĭ Chángchéng) merupakan bangunan terpanjang yang pernah dibuat oleh manusia, terletak di Republik Rakyat Cina.

image Panjangnya adalah 6.400 kilometer (dari kawasan Sanhai Pass di timur hingga Lop Nur di sebelah barat) dan tingginya 8 meter dengan tujuan untuk mencegah serbuan bangsa Mongoldari Utara pada masa itu. Lebar bagian atasnya 5 m, sedangkan lebar bagian bawahnya 8 m. Setiap 180-270 m dibuat semacam menara pengintai. Tinggi menara pengintai tersebut 11-12 m.

Untuk membuat tembok raksasa ini, diperlukan waktu ratusan tahun di zaman berbagai kaisar. Semula, diperkirakan Qin Shi-huang yang memulai pembangunan tembok itu, namun menurut penelitian dan catatan literatur sejarah, tembok itu telah dibuat sebelum Dinasti Qin berdiri, tepatnya dibangun pertama kali pada Zaman Negara-negara Berperang. Kaisar Qin Shi-huang meneruskan pembangunan dan pengokohan tembok yang telah dibangun sebelumnya.

Sepeninggal Qin Shi-huang, pembuatan tembok ini sempat terhenti dan baru dilanjutkan kembali di zaman Dinasti Sui, terakhir dilanjutkan lagi di zaman Dinasti Ming. Bentuk Tembok Raksasa yang sekarang kita lihat adalah hasil pembangunan dari zaman Ming tadi. Bagian dalam tembok berisi tanah yang bercampur dengan bata dan batu-batuan. Bagian atasnya dibuat jalan utama untuk pasukan berkuda Tiongkok.

image Sejarah pembangunan Tembok Besar Tiongkok dapat dilacak sampai abad ke-9 sebelum Masehi. Pada waktu itu, pemerintahan di bagian tengah Tiongkok menyambung benteng dan menara api yang merupakan pos penjagaan tentara di perbatasan menjadi satu tembok panjang dalam rangka menangkis serangan etnis-etnis dari bagian utara Tiongkok. Sampai pada Masa Chunqiu dan Negara-negara Berperang, pertempuran berkecamuk di antara negara-negara kepangeranan yang saling berkonfrontasi.

Negara-negara itu demi pertahanannya sendiri berturut-turut membangun tembok besar di atas bukit dan gunung yang terletak di daerah perbatasan. Pada tahun 221 sebelum Masehi, Kaisar Qinshihuang menyatukan Tiongkok. Setelah itu, Kaisar Qinshihuang memerintahkan agar tembok-tembok yang dibangun oleh berbagai negara kepangeranan itu disambung menjadi satu tembok besar sebagai kubu pertahanan untuk menangkis serangan pasukan kavaleri etnis nomadik di padang rumput Monggolia bagian utara Tiongkok.

Tembok Besar pada waktu itu panjangnya mencapai 5000 kilometer lebih. Tembok Besar pada Dinasi Han setelah runtuhnya Dinasti Qin diperpanjang sampai 10 ribu kilometer lebih. Dalam sejarah selama 2000 tahun yang lalu, penguasa di berbagai zaman tak pernah berhenti membangun Tembok Besar sehingga panjang totalnya mencapai 50 ribu kilometer, yang cukup untuk mengitari bumi satu kali lebih.

Tembok Besar yang kita sebut sekarang kebanyakan adalah tembok besar yang dibangun pada Dinasti Ming yang berkuasa antara tahun 1368 dan 1644. Ujung baratnya berpangkal dari Benteng Jiayu di Provinsi Gansu Tiongkok Barat dan ujung timurnya terletak di pinggir Sungai Yalu Provinsi Liaoning Tiongkok Timur Laut setelah melewati 9 provinsi, kota dan daerah otonom sepanjang 7300 kilometer, atau sama dengan 14 ribu li Tiongkok. Dengan demikian, Tembok Besar itu disebut sebagai "tembok panjang 10 ribu li" di Tiongkok.

Sebagai kubu pertahanan, Tembok Besar dibangun dengan mengikuti jalannya puncak pegunungan. Topografi yang dilewatinya sangat rumit, antara lain, gurung pasir, padang rumput dan rawa. Untuk menyesuaikan diri dengan berbagai topografi, pelaksana pembangunan Tembok Besar menerapkan struktur yang luar biasa dan berbeda-beda. Kesemua ini menunjukkan kecerdasan nenek moyang bangsa Tionghoa.

Tembok Besar yang berliku-liku mamanjang menyusuri puncak pegunungan hampir mustahil ditaklukkan oleh musuh pada zaman kuno karena gunung dan lereng yang menjadi dasar tembok itu terlalu terjal untuk didaki.

image Tembok Besar dibangun dengan batu besar disisipi dengan tanah dan batu pecahan. Tingginya kira-kira 10 meter dan lebarnya kira-kira 5 meter,  cukup untuk 4 ekor kuda berjalan berdampingan. Dengan demikian, sangat mudah untuk manuver tentara dan pengangkutan bahan pangan dan senjata. Di sisi dalam tembok dibangun pintu dan tangga untuk naik turun.

Tembok Besar disambung dengan benteng atau menara api setiap sektor, di mana tersimpan senjata dan bahan pangan. Benteng dan menara api itu digunakan sebagai tempat istirahat bagi prajurit pada waktu damai dan sekaligus merupakan kubu pertahanan untuk menangkis serangan musuh pada waktu berperang. Selain itu, begitu diketahui terjadinya agresi musuh, di menara api itu akan dinyalakan api pada waktu malam dan asap pada siang hari sehingga kabar tentang serangan musuh dapat tersebar ke seluruh negeri dalam waktu dekat.

Di sektor penting Tembok Besar, misalnya lintasan strategis, celah gunung dan perbatasan gunung dengan laut biasanya dibangun loteng gerbang besar. Loteng-loteng gerbang itu tidak hanya kelihatan megah, tapi juga mencerminkan seni arsitektur cemerlang zaman kuno Tiongkok. Sekarang sebagian loteng gerbang itu telah berubah menjadi obyek wisata, misalnya Loteng Gerbang Shanhaiguan di ujung timur Tembok Besar yang dijuluki sebagai loteng gerbang nomor satu Tiongkok dan Loteng Gerbang Juyongguan sektor Badaling Tembok Besar di sekitar Beijing.

Fungsi Tembok Besar sebagai kubu pertahanan militer sekarang sudah tidak ada lagi, namun keindahan arsitekturnya tetap sangat mengagumkan.

Keindahan Tembok Besar tercermin pada kemegahan, kekuatan dan kebesarannya. Melepas pandang dari tempat jauh ke Tembok Besar, tembok besar tinggi yang memanjang selama ribuan kilometer itu tampak serupa naga mahabesar yang menggeliang-geliut menyusuri pegunungan; jika dilihat dari jarak dekat, maka tembok itu penuh dengan daya tarik seni dengan arsitekturnya yang aneka ragam.

Tembok Besar adalah hasil jerih payah yang dibasahi keringat dan darah serta diresapi kecerdasan rakyat Tiongkok pada zaman kuno. Betapa beratnya proyek pembangunan Tembok Besar pada zaman kuno yang masih rendah tenaga produktif memang sulit dibayangkan.


Sumber  :
http://info.indotoplist.com/?YldWdWRUMWtaWFJoYVd3bWFXNW1iMTlwWkQweU5EST0=

Abdullah Totong Mahmud (AT Mahmud)

Innalillaahi wa inna lillahi rojiun …. Pencipta lagu AT Mahmud, 80 tahun, meninggal Selasa (6/7/2010) sekitar pukul 13.00 WIB di kediamannya. Pencipta lagu anak-anak Pelangi, Ambilkan Bulan,Bintang Kejora, Cicak, dan sederet lagu anak-anak legendaris itu sempat dirawat di rumah sakit hingga Ahad lalu karena menderita infeksi paru-paru.

Untuk mengenang jasa-jasa beliau khusunya pada anak-anak Indonesia dengan lagu anak-anak ciptaannya yang berjumlah lebih dari 500 buah lagu itu, mari kita mencoba untuk lebih mengenal siapa eyang AT Mahmud.

Abdullah Totong Mahmud (lahir di Kampung 5 Ulu Kedukan Anyar, Palembang, Sumatera Selatan, 3 Februari 1930 – meninggal di Jakarta, 6 Juli 2010 pada umur 80 tahun) adalah seorang pencipta lagu asal Indonesia, ia dikenal masyarakat melalui lagu anak-anak ciptaannya.

Latar belakang keluarga dan nama

image Mahmud adalah anak kelima dari sepuluh bersaudara. Ibu bernama Masayu Aisyah, ayah bernama Masagus Mahmud. Ia diberi nama Abdullah dan sehari-hari dipanggil "Dola". Namun, sebutan nama Abdullah atau Dola kemudian "menghilang". Nama pemberian orang tua tercatat terakhir pada ijazah yang dimilikinya pada sekolah Sjoeritsoe Mizoeho Gakoe-en (sekolah Jepang) tahun 1945. Pada ijazah itu nama lengkapnya tertulis: Mgs (Masagus) Abdu'llah Mahmoed.

Di rumah, kampung, dan teman sekolah, ia lebih dikenal dengan nama Totong. Pada surat ijazah Sekolah Menengah Umum Bagian Pertama (setingkat SLTP) tahun 1950, namanya tertulis Totong Machmud. Konon menurut cerita ibunya, ketika dirinya masih bayi ada keluarga Sunda, tetangganya, sering menggendong dan menimangnya sambil berucap, "... tong! ...otong!" Sang Ibu mendengarnya seperti bunyi "totong". Sejak itu, entah mengapa, ibunya memanggilnya dengan "Totong". Nama ini diterima di lingkungan keluarga dan kerabat. Nama lengkapnya kemudian menjadi Abdullah Totong Mahmud, disingkat A.T. Mahmud.

Masa sekolah

Mahmud masuk Sekolah Rakyat (SD) ketika tinggal di Sembilan Ilir. Setahun kemudian, setelah berumur 7 tahun, ia dipindahkan ke Hollandse Indische School (HIS) 24 Ilir. Ada kenangan yang tak dapat dilupakannya kepada guru HIS yang mengajarkan musik, khususnya membaca notasi angka. Cara guru mengajarkannya sangat menarik. Guru memperkenalkan urutan nada do rendah sampai do tinggi dengan kata-kata do-dol-ga-rut-e-nak-ni-an. Kemudian, urutan nada dinyanyikan kebalikannya, dari nada tinggi turun ke nada rendah masih dengan kata-kata kocak e-nak-ni-an-do-dol-ga-rut. Setelah murid menguasai tinggi urutan nada dengan baik, naik dan turun, melalui latihan dengan kata-kata, guru mengganti kata-kata dengan notasi.

Setelah itu, diberikan latihan lanjut membaca notasi angka, seperti menyanyikan bermacam-macam jarak nada (interval), bentuk dan nilai not. Sesudah itu barulah murid-murid diberi nyanyian baru secara lengkap untuk dipelajari. Cara mempelajari nyanyian demikian sungguh menyenangkan.

Zaman pendudukan Jepang dan zaman revolusi

Pada tahun 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah pada bala tentara Jepang. Saat itu ia duduk di kelas V HIS. Dalam keadaan peralihan kekuasaan pemerintahan itu, ia pindah ke Muaraenim. Di sana, ia dimasukkan ke sekolah eks HIS, yang telah berganti nama menjadi Kanzen Syogakko. Di sinilah ia mulai bermain sandiwara dan mengenal musik. Sandiwara yang pernah ia ikuti adalah ketika sekolah mengadakan pertunjukan pada akhir tahun ajaran bertempat di gedung bioskop. Cerita yang ditampilkan legenda dari Sumatra Barat, berjudul Sabai Nan Aluih dan ia berperan sebagai Mangkutak Alam.

Di kota ini pula ia berkenalan dengan Ishak Mahmuddin, seorang anggota orkes musik Ming yang terkenal di kota Muaraenim. Ming adalah nama pemimpin orkes. Alat yang dikuasai Ishak adalah alat musik tiup saksofon, selain beberapa alat musik lain. Ishak kemudian mengajarinya bermain gitar. Selain itu, Ishak yang pandai mengarang lagu itu turut membimbingnya mengarang lagu. Melihat kemampuan Mahmud yang terus meningkat, Ishak pun mengajaknya bergabung dengan Orkes Ming umtuk memainkan alat musik, dan kadang-kadang ukulele serta bas.

Masa revolusi 1945-1949 membuatnya tidak dapat bersekolah dengan baik. Ia ikut masuk kancah perjuangan dengan menjadi anggota Tentara Pelajar. Selama masa itu, kehidupannya berubah. Ia berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kota ke kota lain, bahkan keluar masuk hutan. Syukurlah, ia dapat melewati masa itu dengan selamat, meskipun ada rekan-rekannya yang meninggal.

Setelah Belanda mengakui kedaulatan R.I., Mahmud pun keluar dari kesatuan Tentara Pelajar. Ia kemudian melanjutkan sekolah dan dinyatakan lulus dari SMU bagian Pertama (SLTP) setelah mengikuti ujian akhir pada tanggal 11-16 Agustus 1950. Ketiadaan biaya membuatnya tidak dapat segera melanjutkan pendidikan. Pamannya, Masagus Alwi mengajaknya bekerja di salah satu bank milik Belanda yang masih beroperasi. Ajakan tersebut diterima. Di tempatnya bekerja, ia dapat melihat langsung keramaian lalu-lintas, lalu-lalang kendaraan, pejalan kaki, juga para siswa membawa buku sekolahnya. Pikiran dan perasaannya mulai gelisah. Ia ingin kembali ke sekolah.

Kebetulan di Palembang sedang dibuka Sekolah Guru bagian A (SGA) yang memberi tunjangan belajar bagi siswanya selama tiga tahun, dengan syarat setelah tamat bersedia ditempatkan di mana saja sebagai guru. Ia pun berhenti bekerja di bank dan segera mendaftar sebagai siswa baru di SGA. Selama tiga tahun (1951-1953) ia belajar di SGA. Selama pendidikan di SGA, ia pernah mengarang nyanyian untuk ibu. Kata-katanya bila disimpulkan, berbunyi: betapa dalam laut, betapa tinggi gunung, tidak dapat melebihi dalam dan tingginya kasih Ibu. Sayang, teks nyanyian ini tidak dimilikinya lagi, hilang.

Masa pascasekolah

image Setelah lulus SGA, ia ditempatkan di Tanjungpinang, Riau, menjadi guru SGB di kota itu. Ia berangkat ke Tanjungpinang dengan pesawat terbang Catalina yang mampu mendarat di permukaan laut. Di dermaga, Kepala SGB menyambut kedatangannya. Ia dibawa ke sebuah hotel tempat tinggalnya selama bertugas di Tanjungpinang. Di luar dugaannya, gaji pegawai di Tanjungpinang dibayar dengan mata uang dolar, bukan rupiah. Dengan gaji dolar, hidup guru dan pegawai Pegawai Negeri Swasta (PNS) pada umumnya lebih dari cukup.

Di kota inilah ia berkenalan dengan Mulyani Sumarman, guru Bahasa Inggris SMP Negeri. Hubungan pun makin lama makin erat. Menjelang tahun ketiga berada di Tanjungpinang, ia merasa sudah waktunya pindah. Ia ingin ke Jakarta. Ia ingin melanjutkan pendidikan di B.I. Jurusan Bahasa Inggris dan membangun rumah tangga dengan Mulyani. Ia mengajukan permohonan pindah, dan dikabulkan. Mulyani akan menyusul.

Pada tahun 1956, ia pindah ke Jakarta diangkat menjadi guru di SGB V Kebayoran Baru. Kemudian, mendaftarkan diri pada B.I. Jurusan Bahasa Inggris. Tanggal 2 Februari 1958 ia menikah dengan Mulyani. Kemudian Mulyani diboyong ke Jakarta setelah mengajukan permohonan pindah mengajar.

Mulyani ditempatkan di SMP 11 Kebayoran Baru yang tepat berhadapan dengan sekolahnya mengajar. Mulyani pun mendaftar diri kembali pada B.I. Jurusan Bahasa Inggris. Dengan demikian, mereka dapat pergi dan pulang dari mengajar, atau pun kuliah di B.I. bersama-sama dengan mengendarai sepeda motor. Dari perkawinan ini mereka dikarunia tiga orang anak, seorang laki-laki, dua orang perempuan, yaitu Ruri Mahmud, Rika Vitrina, dan Revina Ayu.

Setelah menyelesaikan B.I. Jurusan Bahasa Inggris tahun 1959, Mahmud dipindahkan mengajar pada SGA Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan. SGA mendididik calon guru Sekolah Dasar. Di sini ia berkenalan dengan Bu Fat dan Bu Meinar, guru Seni Suara.

Awal tahun 1962, dengan biaya Colombo Plan, ia ditugaskan kuliah di University of Sydney, Australia, guna memperoleh sertifikat mata kuliah The Teaching Of English As A Foreign Language selama satu tahun. Januari 1963 ia mendaftarkan diri pada Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jakarta untuk melanjutkan pendidikan sampai sarjana. Pada tahun yang sama ia dipindahtugaskan ke Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak (SGTK) di Jalan Halimun, Jakarta Selatan.

Di SGTK seolah ia menemukan lahan subur untuk mengembangkan bakat musiknya, khususnya mencipta lagu anak-anak. Ia pun meninggalkan kuliah bahasa Inggris, keluar dari FKIP, dan menekuni musik.

SGTK memiliki suasana yang mendorongnya untuk menekuni dunia musik. Pimpinan sekolah sendiri senang akan musik. Guru Seni Musik pandai bermain piano dan . Siswa SGTK turut memberikan dorongan baginya untuk mengarang lagu anak-anak. Tiap kali siswa SGTK melakukan latihan praktik mengajar, ada yang memerlukan lagu dengan tema tertentu menurut tugasnya. Pada masa itu, mencari lagu anak-anak yang sesuai dengan anak-anak agak sulit. Siswa yang memerlukan lagu baru datang kepadanya meminta dibuatkan lagu. Ia pun mencoba. Lagu yang telah dibuat, diajarkan pada anak-anak TK saat praktik mengajar. Ternyata, lagu itu disukai. Hal ini membesarkan hatinya dan membuatnya makin tekun mengarang lagu anak-anak.

Di rumah pada waktu senggang, ia mencoba mengarang lagu anak-anak sambil memetik gitar miliknya. Lagu anak-anak tentu berbeda dengan lagu untuk orang dewasa. Di mana bedanya? Pada pikiran, perasaan, dan perilaku anak itu sendiri. Ia pun mempelajari lagu anak-anak yang telah ada, seperti lagu-lagu Ibu Sud, Pak Dal, dan pencipta lagu anak-anak yang lain.

Saat tinggal di Kebayoran Baru, Mahmud sering mengajak anaknya bermain ke Taman Puring. Di sana ada ayunan, jungkat-jungkit, dan lapangan yang cukup luas sehingga anak-anak dapat melakukan permainan lain, seperti main lempar bola atau kejar-kejaran. Roike yang saat itu baru berumur 5 tahun senang sekali bermain ayunan. Ia begitu menikmati permainan itu dan menjaga agar anaknya tidak sampai mengalami kecelakaan. Perasaan Roike dan pesan agar hati-hati sehingga tidak mengalami itu ia tuangkan ke dalam lagu Main Ayunan.

Inspirasi lagu Pelangi hadir ketika ia mengantar anaknya, Rika, yang masih berusia lima tahun sekolah di TK. Di tengah perjalanan, Rika berteriak, "Pelangi!" sambil menunjuk ke arah langit. Ia mulai menyanyikan pelangi, mencari kata-kata yang tepat yang menjadi pikiran anak kecil, selanjutnya ketika tiba di rumah, ia iringi dengan gitar dan jadilah sebuah lagu.

Lahirnya lagu Ambilkan Bulan terjadi ketika anaknya Roike tengah bermain di beranda rumah. Saat itulah ia melihat ke langit dan melihat bulan. Segera ia berlari dan menggandeng lengan ayahnya diajak ke luar. Tiba-tiba si anak berkata, "Pa, ambilkan bulan." Jelas saja A.T. Mahmud bingung. Awalnya kejadian itu berlalu begitu saja. Namun, permintaan si anak terus terngiang di telinganya. Minta bulan, untuk apa? Dengan mencoba menerawang dunia dan bahasa anak, A.T. Mahmud pun menuliskan permintaan itu dalam bait-bait lagu. Tadinya "ambilkan bulan pa" diubah menjadi "ambilkan bulan bu" sehingga terkesan lebih lembut.

Lain lagi dengan lagu Amelia. Amelia adalah nama seorang anak kecil yang riang, sering bertanya, tidak bisa diam, lincah, dan ingin tahu banyak hal. Amelia adalah anak dari Emil Salim, Menteri Lingkungan Hidup pada masa Orde Baru. Emil Salim tak lain adalah sahabat waktu kecil Mahmud ketika sama-sama sekolah di Sekolah Menengah Umum Bagian Pertama (SMU, setingkat SLTP), di Palembang. A.T. Mahmud melukiskan sifat Amelia dalam lagunya sebagai gadis cilik lincah nian, tak pernah sedih, riang selalu sepanjang hari.

Dorongan untuk membuat lagu datang pula dari guru-guru. Salah satunya adalah Ibu Rosna Nahar. Para siswa pun senang dengan lagu-lagu ciptaannya. Ia kemudian membentuk kelompok paduan suara siswa SPG. Lagu ciptaannya terus bertambah, dan mulai tersebar di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar terdekat, kemudian melebar di sekolah-sekolah lain. Radio Repulik Indonesia (RRI) memintanya membantu mengisi acara anak-anak pada sore hari, dengan memperkenalkan lagu lama maupun baru. Kesempatan ini ia pergunakan untuk memperkenalkan lagu ciptaannya sendiri.

Pelan tapi mantap, lagu-lagunya mulai dikenal di kalangan anak-anak, guru sekolah, dan orang tua. Tahun 1968, Televisi Republik Indonesia (TVRI) mengundangnya. Salah seorang pejabat di sana menjelaskan bahwa TVRI ingin menyelenggarakan sebuah acara baru, yaitu musik anak-anak tingkat SD. Ia diminta untuk mengoordinasi acara ini. Akhirnya jadilah sebuah acara bertajuk Ayo Menyanyi yang mulai mengudara tanggal 3 Juni 1968.

Sumber lagu umumnya diambil dari lagu-lagu ciptaan, antara lain: Ibu Sud, Pak Dal, Pak Tono, S.M. Moechtar, Kasim St. M. Syah, A.E. Wairata, S. Anjar Sumyana, C. Tuwuh, Martono, Andana Kusuma, Angkama Setiadipradja, Pak Sut, Pak Rat, Kusbini, Daeng Soetigna, Hs. Mutahar, L. Manik, M.P. Siagian, A. Simanjuntak, R.C. Hardjosubrata, Sancaya HR, dan Mus K. Wirya.

Dari lagu-lagu yang dikirimkan, dan masih dikenal, antara lain: Terima Kasihku oleh Sri Widodo dari Yogyakarta, Bunga Nusa Indah oleh Djoko Sutrisno, dan Anugerah oleh Indra Budi (putra Bu Meinar). Ayo Menyanyi telah menjadi salah satu wadah bagi mereka yang berminat untuk membuat lagu anak-anak, pendidikan musik anak-anak khususnya. Bertanggal April 1968, ia menerima sebuah lagu dari Mochtar Embut, berjudul Ibu Guru Kami, yang kemudian disiarkan di TVRI.

Atas usul A.T. Mahmud, tahun 1969 TVRI menambah acara lagu anak yaitu Lagu Pilihanku. Jika Ayo Menyanyi berbentuk pelajaran untuk menyanyikan lagu baru, maka Lagu Pilihanku bersifat lomba. Jumlah peserta lima orang yang dipilih melalui tes. Untuk testing, calon peserta harus melapor diri pada Kepala Sub Bagian Pendidikan, yang kemudian akan memperoleh Surat Peserta Testing. Testing dilakukan oleh dua orang yang ditunjuk koordinator acara, berlangsung di studio TVRI. Acara ini ditayangkan dua kali sebulan, bergantian setiap seminggu sekali dengan Ayo Menyanyi.

Setelah kedua acara di atas berlanjut dan berkesinambungan selama 20 tahun, pada tahun 1988, atas suatu kebijaksanaan pimpinan TVRI, seluruh tim diminta mundur dari kedua acara tersebut. Untuk beberapa saat acara Ayo Menyanyi dengan nama lain dilanjutkan dengan pembawa acara seorang artis, yang berlangsung tidak lama. Kemudian, pembawa acara digantikan seorang artis lain. Itu pun hanya bertahan sebentar, kemudian untuk seterusnya menghilang sama sekali dari tayangan di layar TVRI.

Kehadiran acara Ayo Menyanyi dan Lagu Pilihanku, ternyata telah menarik minat kalangan perusahaan rekaman untuk merekam lagu anak-anak pada piringan hitam. Tercatat nama perusahaan rekaman, seperti: Remaco, Elshinta, Bali, Canary Records, Fornada, J&B Records. Lagu-lagu ciptaan A.T. Mahmud pun mendapat perhatian. Di samping lagu-lagu ciptaan pencipta lainnya, ada sekitar 40-an lagu A.T. Mahmud tersebar pada tujuh piringan hitam antara tahun 1969, 1972, dan tahun-tahun sesudah itu, yakni :

  • Citaria
  • Musim Panen
  • Jangkrik
  • Gelatikku
  • Layang-Layangku
  • Ade Irma Suryani
  • Kereta Apiku
  • Jakarta Berulang Tahun
  • Pemandangan
  • Timang Adik Timang
  • Pulang Memancing
  • Hadiah untuk Adik
  • Tidurlah Sayang
  • Mendaki Gunung
  • Sekuntum Mawar
  • Tepuk Tangan
  • Kincir Air
  • Dua Ekor Anak Kucing
  • Bulan Sabit
  • Lagu Tor-Tor
  • Tupai
  • Burung Nuri
  • Di Pantai
  • Senam
  • Bintang Kejora
  • Aku Anak Indonesia
  • Anak Gembala
  • Kunang-Kunang
  • Naik Kelas
  • Awan Putih

Waktu terus berjalan. Akhirnya, salah satu lembaga pendidikan Islami meminta A.T. Mahmud untuk memberikan penataran sejenis pada sekolahnya untuk guru-guru TK. Ia berpendapat, alangkah baiknya jika contoh lagu yang ia berikan, juga bernapaskan Islami. Yang Islami itu yang mana? Karena hal ini merupakan sesuatu yang baru baginya. Mahmud mencari tahu apa yang dimaksudkan dengan lagu islami, seni islami pada umumnya. Di satu sisi, tentu ada yang sama, yaitu sasarannya tetap anak-anak juga. Akan tetapi, di sisi lain, tentu ada bedanya dengan lagu anak-anak yang umum. Bedanya paling tidak pada pesan yang akan disampaikan, pada maksud dan tujuan yang ingin dicapai.

Mulailah ia mencari buku-buku referensi. Dari beberapa buku Islami yang dibaca, ia mulai mempelajari tentang seni Islam, musik Islami, atau lagu Islami. Ia menemukan jawaban pada buku yang ditulis M. Quraish Shihab Wawasan Al-Quran, bagian keempat: "Wawasan Al-Quran tentang Aspek-Aspek Kegiatan Manusia" subbab Seni halaman 398.

"... seni Islam adalah ekspresi tentang alam, hidup, dan manusia yang mengantarkan menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan ...menggambarkan hubungan ...dengan hakikat mutlak, yaitu Allah SWT. ...dengan tujuan memperhalus budi, mengingatkan tentang jati diri manusia, menggambarkan akibat baik dan buruk dari suatu pengamalan ..."

Pengertian ini dianggapnya sejalan dengan rumusan yang dikutip dari bacaan lain, berbunyi: " (musik islami) bermaksud dan bertujuan untuk meningkatkan daya pikir dan rasa dalam kaitan gagasan dan pendidikan akhlak, dengan cakupan dua aspek, yaitu a) akhlak terhadap Allah, dan b) akhlak terhadap sesama manusia."

Dalam pengertian inilah kemudian ia menciptakan lagu-lagu Islami, dengan cara menerjemahkannya menurut dan sesuai dengan karakteristik anak yang sedang tumbuh dan berkembang menuju kedewasaannya.

A.T. Mahmud pun memikirkan untuk menghimpun semua lagu yang diciptakan dalam bentuk buku. Ia pernah mencetak sendiri, dengan biaya sendiri, dan penyebaran sendiri melalui sekolah langsung, yang menghasilkan dua buku kumpulan lagu yaitu Lagu Anak-Anak Kami Menyanyi (44 lagu) disusun pada tahun 1969 dan Lagu Anak-Anak Main Ayunan (30 lagu) pada tahun 1970.

Penerbit PT Sinar Bandung mencetak lagu-lagunya berjudul Nyanyianku (30 lagu yang pada umumnya berbeda dengan lagu pada Main Ayunan, tahun penerbitan tidak ada. Tahun 1976, I. Elisa dari Bandung menerbitkan sendiri 8 lagu cipaannya dalam gubahan untuk iringan piano, dengan judul Lagu Anak-Anak. Penerbit Yudhistira Jakarta menerbitkan tiga kumpulan lagu berturut-turut, masing-masing dengan judul Merdu Berlagu dalam 4 jilid (tahun penerbitan tidak tercantum).

Ternyata, penerbit besar pun ikut tertarik menerbitkan buku lagu-lagu anak. Di antara penerbit yang menerbitkan buku kumpulan lagu-lagu adalah Balai Pustaka, Tiga Serangkai Solo, Gramedia, Grasindo. Grasindo pun menerbitkan nyanyian Islami berjudul Mustiqa Dzikir Nyanyian Islami Berdasarkan Hadis Rasulullah.

Selain mencipta lagu, A.T. Mahmud pun sempat menulis beberapa buku, terutama sebagai anggota tim. Hal itu terjadi ketika menjadi anggota tim penulis untuk buku musik SPG pada Proyek Penyedian Buku Sekolah Guru Tahun ke-5 Pembangunan Lima Tahun I 1973/1974. Sejumlah buku yang ditugaskan pada timnya adalah Buku Musik 1, 2, 3, dan 4 untuk SPG. Selanjutnya, ia bersama Bu Fat menulis buku pelajaran musik Musik di Sekolah Kami Belajar Seni Musik Aktif dan Kreatif untuk Sekolah Dasar yang diterbitkan Balai Pustaka tahun 1994.

Tahun 1995 ia menulis buku Musik dan Anak atas permintaan Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan 1994/1995 Direktorat Jenderal Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sekitar bulan Oktober 1999, Seli (Seli Theorupun Pontoh) dari Sony Music bertamu ke rumahnya. Dia datang bersama Dian Hadipranowo yang ternyata pernah menjadi guru piano cucunya, Sasti. Seli menjelaskan maksud kedatangan mereka, pertama ingin berkenalan dengan A.T. Mahmud, kedua, Sony Music bermaksud meluncurkan album perdana lagu anak-anak dengan label Sony Wonder.

Saat itu dirasakan bahwa lagu anak-anak yang ada di pasaran pada umumnya lagu-lagu yang agak "lain", berbeda dengan lagu anak-anak yang pernah diciptakan seperti oleh A.T. Mahmud, Ibu Sud, atau Pak Kasur. Sony Music ingin memunculkan kembali lagu anak-anak yang dahulu akrab di telinga anak-anak Indonesia. Mereka yakin, di kalangan orang tua pada umumnya ada rasa kerinduan akan lagu-lagu semacam itu.

A.T. Mahmud terkejut dengan apa yang disampaikan. Ia sangat senang lagu-lagu karyanya diperhatikan. Segera ia serahkan sejumlah koleksi lagu-lagu yang kebetulan telah difotokopi dari naskah asli. Menjelang bulan Mei 2000, Sony Music telah memilih 15 lagu dengan penyanyi Shafa Tasya Kamila (Tasya), dan penata musik Dian Hadipranowo.

Pada 4 Mei 2000 lagu-lagu yang terpilih dengan label Sony Wonder berjudul Libur Telah Tiba dengan subjudul Karya Abadi A.T. Mahmud diedarkan. Atas keberhasilan album ini, selalu ia katakan pada diri sendiri, keberhasilan album itu bukanlah semata karena lagu A.T. Mahmud. Setidaknya ada tiga unsur yang terlibat, saling mendukung, yaitu, lagu, Tasya sebagai penyanyi anak, dan tatanan musik Dian, dalam kesatuan utuh. Tak kalah penting adalah "keberanian" Sony Music memunculkan kembali lagu-lagu lama yang sudah puluhan tahun umurnya dalam satu kaset.

Setahun kemudian tanggal 5 Juni 2001 Sony Wonder mengedarkan album kedua dengan semua lagu ciptaannya berjudul Gembira Berkumpul. Kembali sambutan masyarakat akan album ini tidak mengecewakan. Kemudian 18 Oktober 2001, menjelang bulan Ramadhan 1422 H, Sony Wonder meluncurkan album Ketupat Lebaran yang memuat 11 lagu Islami. Tiga di antara lagu itu, liriknya ditulis oleh Ni Luh Dewi Chandrawati, yakni Ketupat Lebaran, Sahur Telah Tiba, dan Tanganku Ada Dua. Dua lagu diambil dari lagu lama yang tidak dikenal nama penciptanya.

Atas prestasinya di bidang musik, A.T. Mahmud telah banyak menerima penghargaan. Empat penghargaan terakhir adalah bulan Oktober 1999, menerima Hadiah Seni dari Pemerintah, yang diserahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Juwono Sudarsono. Inilah hadiah seni pertama yang diterimanya dari Pemerintah dalam suatu upacara resmi.

Februari tahun 2001, pada saat peluncuran film Visi Anak Bangsa karya Garin Nugroho, bertempat di gedung Teater Indonesia Taman Mini Indonesia Indah, menerima penghargaan dalam bentuk daun lontar yang diserahkan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. Di atas daun lontar tertulis: "Untuk yang mencipta melintasi keberagaman budaya memberi keindahan dan kemuliaan keberagaman hidup."

Mei 2001 bertempat di Golden Room Hotel Hilton, diprakarsai dan melalui Yayasan Genta Sriwijaya, ia menerima penghargaan berupa trofi dari masyarakat Sumatera bagian Selatan, bersama-sama dengan tiga orang tokoh yang lain.

Pada Agustus 2003, ia pun menerima Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari Pemerintah RI (Keppres No.052 /TK/Tahun 2003 Tanggal 12 Agustus 2003).

Satu bulan kemudian, Anugerah Musik Indonesia (AMI) memberikan penghargaan berupa Lifetime Achievement Award kepadanya atas sumbangsihnya terhadap dunia musik.

Namun, di samping penghargaan formal itu, ada bentuk penghargaan lain yang informal, tetapi sangat menyentuh hati, menimbulkan rasa haru yang mendalam, yaitu penghargaan dari guru, berbentuk lagu. Lagu pertama, pada tahun 1982, ketika terlibat pada proyek peningkatan mutu guru SPG tingkat Nasional yang diselenggarakan di Puncak. Bertepatan pada hari ulang tahunnya, tanggal 3 Februari 1982, Siti Romlah, salah seorang peserta dari Yogyakarta, menghadiahkan sebuah lagu ciptaannya sendiri, berjudul Di Hari Ulang Tahunmu, Papa.

Lagu kedua ketika menjadi salah seorang penatar pada Pendidikan dan Pelatihan Instruktur Tingkat Dasar Guru Taman Kanak-Kanak Atraktif, Pusat Pengembangan Penataran Guru Keguruan Jakarta yang diselenggarakan di Parung, Bogor, bertempat di gedung PPPG Bahasa tahun 1999, dengan peserta para guru pembina Taman Kanak-Kanak se-Indonesia. Pada saat minta diri, para peserta memintanya untuk mendengarkan sebuah lagu yang telah diciptakan sebagai kenang-kenangan. Lagu dibuat oleh Renni Kusnaeni dari TK Pembina Subang, Jawa Barat, dan syair oleh Munifah dari TK Pembina Lamongan, Jawa Timur. Naskah lagu ini bertanggal 23 Juli 1999. Seluruh peserta yang sudah dilatih malam sebelumnya bernyanyi bersama.

Setiap kali mendengar lagu ciptaannya dinyanyikan, yang pertama-tama terbayang adalah peristiwa atau cerita bagaimana lagu itu tercipta dalam ruang, waktu, dan pelaku yang melatari. Atas dasar itu pulalah dikatakan bahwa lagu ciptaannya bersumber pada tiga hal, yang berdiri sendiri atau saling mempengaruhi. Pertama: bersumber pada perilaku anak itu sendiri. Kedua: pada pengalaman masa kecilnya. Ketiga: pesan pendidikan yang ingin ia sampaikan pada anak-anak.


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_Totong_Mahmud
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/at-mahmud/index2.shtml

Leon Trotsky

image Leon Trotsky, nama aslinya adalah Lev Davidovich Bronstein, dilahirkan pada tanggal 7 November 1879, adalah seorang revolusioner dan ahli teori Marxis. Bersama dengan Lenin, dia adalah salah seorang pemimpin Revolusi Oktober 1917, yakni revolusi buruh yang pertama di dunia yang berhasil menumbangkan kapitalisme.

Dia terlibat aktif di gerakan buruh semenjak berumur 18 tahun, ketika dia membantu mengorganisir Serikat Buruh Rusia Selatan di Nikolayev pada awal tahun 1897. Tidak lama kemudian, dia dan 200 anggota serikat buruh tersebut dipenjara dan lalu dikirim ke pengasingan di Siberia. Pada tahun 1902, dia melarikan diri dari Siberia dan pindah ke London dimana dia pertama kalinya bertemu dengan Lenin, dan lalu membantu Lenin menerbitkan koran Iskra.

Pada tahun 1905, Trotsky menyelinap kembali ke Rusia dan aktif di bawahtanah. Lalu Revolusi 1905 meledak dan Soviet yang pertama terbentuk di St. Petersburg dimana Trotsky terpilih menjadi presidennya. Revolusi ini menemui kegagalan. Soviet St. Petersburg dibubarkan dan Trotsky beserta pemimpin-pemimpin Soviet lainnya ditangkap dan diasingkan lagi ke Siberia. Dari pengalaman Revolusi 1905, yang disebut Trotsky sebagai “latihan untuk Revolusi 1917”, Trotsky menganalisa prospek revolusi untuk Rusia di dalam bukunya Hasil dan Prospek pada tahun 1906 yang merupakan formulasi teori revolusi permanennya yang pertama.

Dengan pecahnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1914, Trotsky bersama-sama dengan Lenin dan kaum revolusioner lainnya menentang perang imperialis ini, sedangkan hampir semua partai-partai Sosial Demokrasi yang tergabung di Internasional Kedua mendukung perang ini. Perang Dunia Pertama ini menggoncang situasi politik di Rusia dan akhirnya mendorong Revolusi Februari 1917 yang menumbangkan Tsar, dan lalu disusul oleh Revolusi Oktober 1917 yang membawa kelas pekerja ke tampuk kekuasaan. Trotsky duduk sebagai Presiden Soviet Petograd dan juga pemimpin dari Komite Militer Revolusioner yang merencanakan persiapan dan pelaksanaan Revolusi Oktober.

Trotsky menulis di buku otobiografinya My Life,, “Sorenya [satu hari sebelum Revolusi Oktober], sembari kita menunggu pembukaan kongres Soviet, Lenin dan saya beristirahat di sebuah ruangan di sebelah ruang pertemuan, sebuah ruangan yang kosong melompong kecuali dengan kursi-kursi. Seseorang telah menggelar sebuah selimut di lantai untuk kami, dan saya rasa saudara perempuan Lenin yang membawakan kami bantal. Kami berbaring bersebelahan; tubuh dan jiwa beristirahat. Ini adalah istirahat yang kami butuhkan. Kami tidak bisa tidur, jadi kami berbicara dengan suara perlahan …[Lenin berkata] ‘Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan: seorang buruh dengan sepucuk senapan, bersebelahan dengan seorang prajurit, berdiri bersama di jalanan!” dia mengulanginya dengan perasaan yang mendalam. Akhirnya para prajurit dan para buruh telah bersatu!”

Setelah kemenangan Revolusi Oktober, Trotsky menjabat sebagai Komisar Rakyat untuk Masalah Luar Negeri sampai tahun 1918. Lalu dia duduk sebagai pemimpin Tentara Merah, dan membangun Tentara Merah yang pertama untuk melawan serangan dari 18 negara imperialis dan Tentara Putih yang ingin menghancurkan negara Soviet yang masih muda ini. Dengan kereta apinya yang bergerak dengan cepat dari satu front ke front lain, Trotsky memberikan kepemimpinan militer dan politik untuk Tentara Merah di dalam perang sipil (1918-1922). Akhirnya mereka berhasil mengalahkan pasukan imperialis dan Tentara Putih.

Luluh lantaknya negara Uni Soviet secara ekonomi dan moral akibat perang sipil, dan terisolasinya Uni Soviet akibat revolusi-revolusi Eropa Barat yang gagal, kedua faktor utama ini menyebabkan kemunduran di dalam revolusi dan kebangkitan kaum birokrasi dan reformis. Ini terefleksikan di dalam perjuangan internal di dalam partainya revolusi Rusia, yakni Partai Komunis Uni Soviet. Setelah kematian Lenin pada tahun 1924, kaum birokrat yang direpresentasikan oleh Stalin mulai melakukan konter-revolusi di dalam PKUS, dengan menekan demokrasi di dalam Partai dan menggagaskan teori “sosialisme di satu negara” dan teori “dua-tahap”. Trotsky beserta pendukungnya membentuk kelompok Oposisi Kiri untuk melawan kelompok Stalinis, terutama untuk melawan kebijakan Komintern yang keliru dalam permasalahan Revolusi Cina 1927. Akan tetapi mereka gagal dan anggota-anggota Oposisi Kiri dipecat dari partai dan diasingkan. Trotsky dipecat dari PKUS pada tahun 1927, diasingkan ke Alma Ata pada tahun 1928, lalu dikeluarkan dari negara Uni Soviet pada tahun 1929. Setelah pengusiran Trotsky dari Uni Soviet, hampir semua pendukung Trotsky menjadi bimbang dan akhirnya banyak dari mereka menyerah kepada Stalin walaupun pada akhirnya mereka semua dieksekusi juga.

Dari tempat pengasingannya di Turki (1929-1934) dan Meksiko (1934-1940), Trotsky meluncurkan perjuangan ideologinya melawan Stalin, menganalisa degenerasi Uni Soviet (di dalam karya historisnya Revolution Betrayed), menganalisa relasi kelas dari fasisme (Apa itu Fasisme dan Bagaimana Melawannya), dan mempertahankan tradisi Revolusi Oktober. Dari tempat pengasingannya, Trotsky mengorganisir kelompok Oposisi Internasional yang menyatukan semua pendukung-pendukungnya di seluruh panca benua.

Pada tahun 1938, dia dan pendukung-pendukungnya membentuk Internasional Keempat, dan dokumen historis Program Transisional dilahirkan yang menjadi dasar dari organisasi ini. Awalnya, Trotsky menentang pembentukan partai komunis tandingan atau organisasi komunis internasional tandingan, karena dia percaya bahwa mereka masih bisa dihidupkan kembali. Tetapi setelah menyaksikan bagaimana partai-partai komunis tidak mampu berbuat apa-apa di hadapan fasisme dan membiarkan bangkitnya Nazi Jerman (dimana setelah kemenangan Hitler di Jerman pada tahun 1933, Stalin dan Partai Komunis Jerman tidak merasa kawatir dan dengan bangga mengatakan: “Setelah Hitler, giliran kita!”), Trotsky menyatakan “Sebuah organisasi yang tidaklah bangkit karena guntur fasisme dan tunduk dengan patuh kepada aksi-aksi birokrasi yang menjijikkan, maka dari itu organisasi ini menunjukkan bahwa ia telah mati dan tidak ada yang bisa dihidupkan kembali darinya.”

Pada tahun 1936, Pengadilan Moskow diluncurkan untuk mengadili ‘kejahatan Trotskisme’. Ribuan orang diadili, dinyatakan bersalah atas dosa ‘Trotskisme’ dan dieksekusi. Trotsky sendiri diadili in absentia dan dinyatakan bersalah. Akan tetapi, Trotsky tidak luput dari eksekusi ini, karena pada tahun 1940 dia dibunuh oleh agennya Stalin di Meksiko pada tahun 1940.

Pada tanggal 20 Agustus 1940, akhirnya agennya Stalin berhasil membunuh Trotsky setelah percobaan sebelumnya yang gagal. Ramon Mercader, nama pembunuh Trotsky tersebut, menyusup ke lingkaran Trotsky dengan menyamar sebagai pengagum dan pendukung Trotsky. Siang hari, dia masuk ke kantor Trotsky untuk menanyakan pendapat Trotsky mengenai tulisannya. Lalu dari belakang, dia mengayunkan kapak es ke kepala Trotsky. Pukulan ini belum mematikan Trotsky dan dia bergulat melawan pembunuhnya untuk mencegahnya dari menghantarkan pukulan-pukulan selanjutnya. Mendengar teriakan Trotsky, penjaganya masuk ke kantornya dan menangkap Mercader. Trotsky dibawa ke rumah sakit, tetapi meninggal sehari sesudahnya pada tanggal 21 Agustus 1940.

Akhir hidup Trotsky baiknya ditutup dengan kata-katanya sendiri di dalam surat warisannya (Trotsky’s Testament, 27 Februari 1949):

“…Selain kebahagiaan menjadi seorang pejuang untuk sosialisme, nasib telah memberikan saya sebuah kebahagiaan menjadi suaminya [Natalia Ivanovna Sedova]. Selama hampir 40 tahun kita bersama, dia tetap menjadi sumber cinta, kasih sayang, dan kebaikan yang tidak ada habisnya. Dia telah melalui kesengsaraan-kesengsaraan yang sulit, terutama di periode terakhir kehidupan kita. Tetapi saya menemukan sedikit kelegaan karena dia juga menikmati hari-hari yang bahagia.”

“Selama 43 tahun dari kehidupan saya yang sadar, saya masih tetap seorang revolusioner. Selama 42 tahun dari itu, saya telah berjuang di bawah panji Marxisme. Bila saya harus mengulangi semuanya lagi, tentu saja saya akan mencoba menghindari kesalahan ini atau itu, tetapi alur utama dari kehidupan saya tidak akan berubah. Saya akan meninggal sebagai seorang proletar revolusioner, seorang Marxis, dan seorang dialektika-materialis, dan seorang ateis. Kepercayaan saya terhadap masa depan komunis dari umat manusia tidaklah berkurang, sebaliknya ia bertambah kuat hari ini dibandingkan saat hari-hari muda saya.”

“Natasha baru saja membuka jendela yang menghadap taman rumah dan membukanya dengan lebar sehingga udara segar bisa masuk ke kamarku dengan bebas. Saya dapat melihat hijaunya rumput-rumput dan langit yang biru, dan sinar matahari dimana-mana. Hidup itu indah. Biarlah generasi masa depan membersihkannya dari semua yang jahat, opresi, dan kekejaman, dan menikmatinya sepenuhnya.”


Sumber :
http://www.marxists.org/indonesia/archive/trotsky/Biografi.htm

Friedrich Engels

image Lahir tanggal 28 November 1820 di Barmen, sebuah kota kecil di Lembah Wupper (Wuppertal), Engels adalah anak tertua dari seorang industrialis Ermen & Engels, yang punya pabrik di Barmen (Jerman) dan Manchester (Inggris).

Wuppertal terkenal sebagai basis kaum Pietis, yang melahirkan organisasi penginjil Jerman yang bekerja menyebarkan Injil sampai di lembah-lembah Pegunungan Tengah di Tanah Papua. Pada saat yang sama, kemiskinan kaum buruh di Wuppertal menyentuh nurani Engels sejak muda. Tahun 1839, waktu baru berusia 19 tahun, Engels menerbitkan tulisan-tulisannya tentang kemiskinan di Wuppertal dalam Surat-surat dari Wuppertal, secara bersambung dalam koran Telegraph fuer Deutschland di bawah nama samaran “X” atau “F. Oswald”. Namun keluarganya lama-lama tahu, siapa sesungguhnya penulis laporan-laporan kemiskinan itu.

“Kemiskinan yang luarbiasa terdapat di lapisan kelas bawah di Wuppertal”, tulis Engels, “di mana dari 2500 anak-anak usia sekolah di Elbertfeld saja, 1200 anak tidak bisa menikmati bangku sekolah, dan tumbuh menjadi dewasa sebagai buruh pabrik, supaya para industrialis tidak perlu membayar buruh dewasa, dan dapat membayar buruh anak-anak dengan upah separuh dari buruh dewasa”. Itu membuat dia menjadi sangat sinis terhadap para Pietis pemilik pabrik-pabrik di Wuppertal, yang berdalih bahwa buruh anak-anak itu dibayar serendah mungkin, supaya tidak menghabiskan uang mereka untuk minum-minum (Dennehy 1996: 101-2). Ini mungkin mendorong Engels menjadi atheis keras.

Untuk melawan ke”kiri”an putra sulungnya, yang diharapkan dapat mengambilalih kendali perusahaannya, tahun 1842 ayah Engels mengirimnya ke Manchester, Inggris, untuk magang di cabang perusahaan Ermen & Engels di sana. Namun alih-alih berhasil ‘menjinakkan’ sang pemuda, selama dua tahun di Inggris Engels justru berusaha meneliti penderitaan kaum pekerja, yang terutama di pabrik-pabrik tekstil di Manchester dan kota-kota sekelilingnya. Selain memang sudah berjiwa ‘kiri’, introduksi Engels ke kehidupan kelas pekerja di sana terfasilitasi oleh hubungannya dengan Mary (“Lizzie”) Burns, buruh perempuan keturunan Irlandia yang bekerja di perusahaan ayahnya, setibanya di Manchester. Bertahun-tahun lamanya Engels hidup bersama Mary Burns, tanpa menikah. Ia baru menikahi Mary Burns, menjelang kematian perempuan itu di ranjangnya pada tahun 1878.

Sepulang ke Barmen tahun 1844, Engels mulai menulis hasil pengamatannya di Inggris, yang kemudian menjadi karya non-fiksi pertama yang menggambarkan proses terbentuknya kelas proletar di Inggris. Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Jerman tahun 1845, baru tahun 1892, lama sesudah Marx meninggal, buku itu diterbitkan dalam bahasa Inggris, dan berulangkali dicetak ulang di Britania Raya, Australia, dan AS (1969). Buku tentang sejarah terbentuknya kelas proletar di Inggris itu merupakan satu dari dua karya klasik Engels, yang ditulisnya sendiri. Karya klasiknya yang lain, yang ditulis setahun setelah Marx meninggal, adalah The Origin of the Family, Private Property and the State, in Light of the Researches of Lewis Henry Morgan, yang ditulis tahun 1884 (juga diterbitkan dalam Tucker 1978: 734-59).

Karya Engels yang menyoroti lahirnya patriarki seiring dengan munculnya kapitalisme, banyak menimba informasi dari karya antropolog AS, Lewis H. Morgan (1818-81), Ancient Society or Researches in the Lines of Human Progress from Savagery, through Barbarism to Civilization (London, 1877), yang menggambarkan perkembangan masyarakat dari masyarakat tribal, khususnya persekutuan (konfederasi) Iroquois, ke masyarakat kapitalis masa kini, yang ditandai dengan pergeseran masyarakat dari sistem matrilinier ke patrilinier. Dalam konfederasi ini, yang aslinya bernama “Hau-De-No-Sau-Nee” (= Orang-orang dari Rumah Panjang) dan meliputi bangsa-bangsa Mohawk, Seneca, Cayuga, Oneida, Onondoga dan Tuskarora, berlaku kesetaraan gender dalam pimpinan marga, bangsa, maupun konfederasi. Wilayah konfederasi ini meliputi perbatasan AS dan Kanada sekarang. Dibantu oleh penyusunan kembali data Morgan oleh Marx, berjudul Ethnological Notebooks, Engels menulis The Origin sebagai ‘jawaban teoretis’ terhadap kebangkitan feminisme dalam gerakan sosialis di Jerman, yang terpicu oleh buku August Bebel, seorang sosialis Jerman, berjudul Die Frau in der Vergangenheit, Gegenwart, und Zukunft (1879). Buku Engels kemudian mengilhami menantu Karl Marx, Paul Lafarge (1842-1911) untuk menulis buku The Evolution of Property from Savagery to Civilization (1890), yang juga sangat menghargai komunisme purba. Makanya, buku Engels ini, yang mencita-citakan masyarakat komunis yang bebas dari patriarki, menjadi pegangan bagi para feminis Marxis.

Kolaborasi Engels dengan Marx

Perjalanan pergi dan pulang ke/dari Inggris mengabadikan pertemuan, persahabatan, dan kolaborasi antara Engels dan Marx selama puluhan tahun. Engels pertama kali berkenalan dengan Marx di kantor redaksi Rheinische Zeitung di Koln, di mana Marx menjadi pemimpin redaksi. Engels waktu itu sedang dalam perjalanan menuju ke Inggris. Sewaktu berada di Inggris, Engels mengirimkan tulisan-tulisannya ke Marx, yang dimuat di Rheinische Zeitung. Sesudah Marx meletakkan jabatan di Rheinische Zeitung dan bersama Arnold Ruge menerbitkan Deutsch-Franzosische Jahrbuecher di Paris, Engels mengirimkan tulisannya, “Outlines of a Critique of Political Economy”, kepada Marx, yang dimuat di Jahrbeucher.

Sepulang dari Manchester, sekitar tanggal 28 Agustus 1844, Engels menemui Marx di Paris, dan sejak saat itulah mereka berdua mulai bekerjasama dengan sangat akrab. Tahun 1845, keduanya menulis buku The Holy Family, tahun 1845-46 mereka bersama-sama menulis buku The German Ideology, bulan Februari 1848 mereka menerbitkan Communist Manifesto di London, suatu pamflet bagi gerakan buruh yang mereka mulai bangun, dan antara 1848-49 keduanya bersama-sama mengedit koran Neue Rheinische Zeitung yang tetap diterbitkan di Koln.

Engels jugalah yang mulai mengajak Marx bekerjasama membangun gerakan buruh baru, dimulai dari Communist Correspondence Committees yang dibentuk di Brussels awal 1846, kemudian melebar ke London, Paris, Koln, dan kota-kota lain. Ini memang mudah bagi Engels, sebab selama masa magangnya di Inggris, ia sudah mulai bekerjasama dengan beberapa gerakan kiri (sosialis), yakni kelompok Chartist dan kelompok Owenite. Baru pada tahun 1864, keduanya ikut mendirikan International Working Men’s Association (IWMA), International pertama.

Komplementaritas keduanya terletak pada fakta, bahwa ide-ide filosofis Marx yang sangat abstrak dapat ‘dibumikan’ dengan observasi Engels yang diangkat dari kondisi konkrit kehidupan kaum proletar dan kaum borjuis yang diamati Engels secara nyata. Engels jugalah yang mengajak Marx melihat kehidupan nyata di Manchester di musim panas 1845 (Tucker 1978: xvii; Carver 1996). Seperti dikemukakan E. Wilson: “Barangkali jasa terbesar Engels bagi Marx di masa itu adalah, menempatkan wajah para proletar Marx yang abstrak dalam suatu rumah dan pabrik yang nyata” [Perhaps the most important service that Engels performed for Marx at this period was to fill the blank face and figure of Marx’s abstract proletarian and to place him in a real house and a real factory].

Kemampuan Engels menjembatani dunia borjuis dan proletar terbantu oleh kehidupannya bersama Mary Burns. Sementara itu, kemampuan Engels menjembatani dunia filsafat dan kondisi lapangan terbantu oleh kuliah-kuliah filsafat yang diikutinya di Universitas Berlin antara tahun 1841-42, semasa dia mengikuti dinas militer di Angkatan Darat Prusia. Waktu itulah ia mengikuti diskusi-diskusi kaum Hegelian Muda, sumber inspirasi Marx muda setamat kuliah filsafatnya di Universitas Jena. Selama di Berlin, Engels membaca kritik Ludwig Feuerbach terhadap agama Kristen, The Essence of Christianity (1841). Tulisan itu, yang terbit dua bulan sebelum Marx menyerahkan disertasi doctor filsafatnya, juga mempengaruhi Marx sehingga ia menolak idealisme Hegel dan mengadopsi materialisme Feuerbach.

Kesimpulan

Dengan membaca biografi Engels begini tampaklah bahwa putra kapitalis Jerman itu bukan seorang dermawan yang mendukung riset Marx dengan agenda tersembunyi (agenda pro-kapitalis). Memang, ia menyunting naskah-naskah Marx untuk karya besarnya, Das Kapital, yang tidak terbengkalai setelah Marx meninggal (14 Maret 1883), 12 tahun sebelum Engels (meninggal 5 Agustus 1895). Tapi kemampuan Engels menyunting naskah-naskah itu menjadi jilid 2 dan 3 Das Kapital, disebabkan oleh konvergensi pikiran mereka berdua, yang sudah mereka sadari puluhan tahun sebelumnya.

Kendati demikian, perlu dicatat bahwa Engels punya identitas sendiri, yang ikut mempengaruhi karya mereka. Sebagai seorang industriawan, Engels lebih mahir dalam soal hitung menghitung, sementara Marx lebih melihat dinamika di antara kategori-kategori besar. Sebagai industriawan Engels juga lebih tergila-gila pada iptek, khususnya “science “, sehingga menempelkan predikat “ilmiah” kepada sosialisme Marx, untuk membedakannya dengan aliran-aliran sosialisme sebelumnya. Lalu, berbeda dengan Marx, yang lebih banyak menyoroti penderitaan buruh perempuan dari sudut hiperkes, Engels menyoroti sejarah munculnya patriarki, walaupun belum mengenal konsep tersebut secara eksplisit.

Kendati demikian, dengan rendah hati Engels selalu mengakui bahwa kemampuan berfikir dia jauh di bawah Marx, dan menyatakan sangat bangga dapat bekerjasama dengan Marx. Namanya pun tidak tercantum dalam pikiran yang mereka kembangkan, berdua. Namun sudah saatnya orang mempelajari buah pikiran Engels sebagai Engels, dan bukan sebagai “kembaran” Marx.


Sumber :
http://rumahkiri.net/index.php?option=com_content&view=article&id=145:kontribusi-friedrich-engels-dalam-peletakan-dasar-dasar-marxisme&catid=39:sosok&Itemid=112

Komunisme

image Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.

Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap faham kapitalisme di awal abad ke-19an, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dengan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangannya yang saling berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.

Ide Dasar

Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan komunis internasional. Komunisme atau Marxisme adalah ideologi dasar yang umumnya digunakan oleh partai komunis di seluruh dunia. sedangkan komunis internasional merupakan racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut "Marxisme-Leninisme".

Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari pengambil alihan alat-alat produksi melalui peran Partai Komunis. Logika secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh atau yang lebih dikenal dengan proletar (lihat: The Holy Family), namun pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil dengan melalui perjuangan partai. Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro. Inilah yang menyebabkan komunisme menjadi "tumpul" dan tidak lagi diminati karena korupsi yang dilakukan oleh para pemimpinnya.

Komunisme sebagai anti-kapitalisme menggunakan sistem partai komunis sebagai alat pengambil alihan kekuasaan dan sangat menentang kepemilikan akumulasi modal atas individu. pada prinsipnya semua adalah direpresentasikan sebagai milik rakyat dan oleh karena itu, seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran rakyat secara merata akan tetapi dalam kenyataannya hanya dikelolah serta menguntungkan para elit partai, Komunisme memperkenalkan penggunaan sistim demokrasi keterwakilan yang dilakukan oleh elit-elit partai komunis oleh karena itu sangat membatasi langsung demokrasi pada rakyat yang bukan merupakan anggota partai komunis karenanya dalam paham komunisme tidak dikenal hak perorangan sebagaimana terdapat pada paham liberalisme.

Secara umum komunisme berlandasan pada teori Dialektika materi oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan agama dengan demikian pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa "agama dianggap candu" yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi).

Komunis Internasional

Komunis internasional sebagai teori ideologi mulai diterapkan setelah meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos. Komunis internasional adalah teori yang disebutkan oleh Karl Marxis.


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunisme

BAGAIMANA LENIN MENGGIRING PADA MUNCULNYA STALIN

BAGI kaum kiri-jauh Leninis, ambruknya Republik Sosialis Uni Soviet telah melontarkan lebih banyak pertanyaan ketimbang yang terjawab. Kalau Uni Soviet benar-benar merupakan sebuah ’negara pekerja’, mengapa para pekerja tidak mau membelanya? Mengapa pada kenyataannya mereka menyambut hangat datangnya perubahan?

Apa yang terjadi pada "revolusi politik ataukah kontra-revolusi berdarah" -nya Trotsky? Organisasi-organisasi Leninis yang tak lagi memandang Uni Soviet sebagai negara pekerja juga belum bisa lepas dari kontradiksi-kontradiksi tersebut. Kalau memang Stalin merupakan sumber permasalahan, mengapa ada begitu banyak pekerja Rusia yang menyalahkan Lenin serta pemimpin-pemimpin Bolshevik lainnya?

Mitologi "Lenin, sang pencipta dan penopang revolusi Rusia" kini sekarat. Demikian pula yang akan terjadi pada semua kelompok Leninis karena, seiring arsip-arsip Soviet makin dibuka, akan semakin sulit untuk mempertahankan warisan Lenin. Sampai saat ini, kaum kiri di Barat telah menghindari dan memalsukan perdebatan tentang Lenin selama 60 tahun. Bagaimanapun, sekarang ini marak bermunculan artikel-artikel dan pertemuan-pertemuan oleh berbagai kelompok Trotskyis yang berusaha meyakinkan para pekerja bahwa Lenin tidak menggiring pada munculnya Stalin. Sayangnya, banyak dari perdebatan ini masih didasarkan atas fitnah dan pemalsuan-pemalsuan sejarah yang telah menjadi gejala Bolshevisme sejak 1918. Pertanyaan-pertanyaan kunci mengenai unsur-unsur apa yang membentuk Stalinisme, dan kapan "Stalinisme" pertama kali muncul dalam prakteknya, dihindari demi mempertahankan retorika dan kepalsuan sejarah.

Stalinisme didefinisikan oleh banyak ciri, dan sesungguhnya beberapa dari ciri-ciri ini sangat sulit ketimbang sebagian ciri lainnya untuk ditempatkan di kaki Lenin. Poin-poin panduan kebijakan luar negeri Stalin, misalnya, adalah ide tentang ko-eksistensi damai dengan Barat sembari membangun sosialisme di Republik Sosialis Uni Soviet ("sosialisme di satu negeri"). Lenin sering dipresentasikan sebagai lawan ekstrem terhadap Stalinisme seperti itu, Lenin dipresentasikan sebagai orang yang mau menempuh risiko apapun demi terwujudnya revolusi internasional. Akan tetapi, cerita ini, sebagaimana juga banyak cerita lainnya, tidaklah sepenuhnya seperti apa yang terlihat.

Poin-poin lain yang akan dianggap oleh banyak orang sebagai ciri Stalinisme mencakuppembentukan sebuah negara satu partai, tidak ada kontrol terhadap perekonomian oleh kelas pekerja, kekuasaan diktatorial individu-individu terhadap massa masyarakat, pelibasan secara brutal terhadap aksi-aksi pekerja, dan penggunaan fitnah serta penyelewengan sejarah.

Sosialisme di Satu Negeri

Perjanjian Brest-Livtosk tahun 1918, yang menarik Rusia keluar dari Perang Dunia I, juga menyerahkan sebagian sangat besar wilayah Ukraina kepada bangsa Austro-Hungaria.

Jelaslah, ketika itu tidak ada potensi untuk meneruskan sebuah perang konvensional (khususnya setelah kaum Bolshevik menggunakan slogan «kedamaian, roti, tanah » untuk memenangkan dukungan massa). Namun demikian, hadirnya gerakan Makhnovis di Ukraina jelas menunjukkan sebuah potensi revolusioner yang sangat besar di kalangan petani dan pekerja Ukraina. Tidak ada upaya yang dilakukan guna mendukung atau menopang kekuatan-kekuatan yang memang berusaha untuk melakukan sebuah perang revolusioner melawan bangsa Austro-Hungaria. Mereka dikorbankan demi mendapatkan sebuah interval untuk membangun «sosialisme» di Rusia.

Poin kedua yang penting mengenai internasionalisme Lenin adalah penekanannya sejak tahun 1918 bahwa, yang menjadi tugas adalah membangun «kapitalisme negara", misalnya dengan pernyataan «kalau kita mengintrodusir kapitalisme negara dalam masa kira-kira 6 bulan, maka kita akan mencapai keberhasilan yang besar…".  Lenin juga diketahui pernah mengatakan «Sosialisme tak lain adalah monopoli-kapitalis negara yang dilakukan demi kemanfaatan seluruh rakyat".  Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai konsep Lenin tentang sosialisme.

Negara Satu Partai

Satu ciri pokok lainnya yang oleh banyak orang biasanya diasosiasikan dengan Stalinisme adalah pembentukan sebuah negara satu partai, dan pembungkaman semua arus oposisi di dalam partai. Banyak kaum Trotskyis masih akan mengatakan kepada kamu bahwa kaum Bolshevik menyemangati kaum pekerja untuk bangkit dan memperdebatkan poin-poin di masa itu, baik di dalam maupun di luar partai. Kenyataannya sangatlah berbeda, karena kaum Bolshevik segera mengawasi secara keras kekuatan-kekuatan revolusioner di luar partai, dan kemudian mengawasi ketat orang-orang di dalam partai yang gagal mengikuti garis partai.

Pada April 1918, polisi rahasia Bolshevik (Cheka) menggerebek 26 pusat Anarkis di Moskow. Empat puluh orang Anarkis dibunuh atau terluka dan lebih dari 500 orang dipenjara.  Pada bulan Mei, terbitan-terbitan Anarkis yang terkemuka dibredel.  Kedua peristiwa ini terjadi sebelum alasan meletusnya Perang Sipil bisa digunakan ( ? terhadap kelompok-kelompok kiri lainnya.?) sebagai suatu ’pembenaran’. Penggerebekan-penggerebekan ini terjadi karena kaum Bolshevik mulai kalah dalam perdebatan-perdebatan mengenai pengelolaan industri Rusia.

Di tahun 1918 itu juga, sebuah faksi di partai Bolshevik yang kritis terhadap kebijakan partai yang mengintrodusir ’Taylorisme’ (penggunaan kajian-kajian tentang keping kerja, waktu dan gerak untuk mengukur hasil masing-masing pekerja, yang pada esensinya adalah ilmu tentang ekstraksi tenaga habis-habisan) di jurnal Kommunist dipaksa keluar dari Leningrad ketika mayoritas peserta konferensi partai di Leningrad mendukung tuntutan Lenin «agar para penggiat Kommunist menghentikan eksistensi organisasional mereka yang terpisah-pisah".

Jurnal ini terbit terakhir kali pada bulan Mei, dibungkam «Bukan dengan diskusi, bujukan ataupun kompromi, melainkan dengan suatu kampanye bertekanan tinggi di dalam organisasi-organisasi partai, yang didukung oleh serangan caci-maki kasar di pers partai…".  Dahsyatnya kalau dikatakan mendorong perdebatan!! Satu contoh lebih jauh tentang ’mendorong perdebatan’ ala Bolshevik terlihat dalam perlakuan mereka terhadap Makhnovis di Ukraina. Tentara partisan yang berperang melawan baik kaum nasionalis Ukraina maupun para jenderal Putih pada satu masa membebaskan lebih dari 7 juta orang. Ini dipimpin oleh seorang anarkis, Nestor Mhakno, dan anarkisme memainkan peran besar dalam ideologi gerakan ini. Zona yang dibebaskan ini dikelola oleh sebuah soviet demokratik pekerja dan petani, dan banyak kolektif didirikan.

Gema Spanyol

Kaum Makhnovis masuk ke dalam perjanjian dengan kaum Bolshevik tiga kali agar bisa mempertahankan sebuah front yang kuat untuk melawan kaum Putih dan kaum nasionalis. Kendati demikian, mereka juga tiga kali dikhianati oleh kaum Bolshevik, dan pada kali ketiga mereka pun dihancurkan setelah kaum Bolshevik menangkap dan mengeksekusi semua delegasi yang dikirim ke sebuah dewan militer bersama. Penangkapan dan pembunuhan ini dilakukan atas instruksi Trotsky!

Uraian Daniel Guerin tentang sepak-terjang Trotsky terhadap kaum Makhnovis adalah instruktif «Trotsky menolak untuk memberikan senjata kepada para partisan Makhno, mengabaikan tugasnya untuk membantu mereka, dan kemudian menuduh mereka berkhianat serta sengaja membiarkan diri mereka dipukul oleh pasukan putih. Prosedur yang sama 18 tahun kemudian diikuti oleh kaum Stalinis Spanyol terhadap brigade-brigade anarkis".

Sumbat final diterapkan pada kehidupan politik di luar ataupun di dalam partai pada tahun 1921. Kongres partai pada 1921 melarang semua faksi di dalam partai komunis itu sendiri. Trotsky berpidato mengecam salah satu faksi tersebut, yakni Oposisi Pekerja, dengan mengatakan bahwa mereka telah «menempatkan hak pekerja untuk memilih wakil-wakil di atas partai. Seolah partai tidak berhak untuk menegaskan kediktatorannya meskipun kediktatoran itu untuk sementara waktu berbenturan dengan semangat demokrasi pekerja yang sedang berlangsung".  Tak lama setelah itu, pemberontakan Kronstadt digunakan untuk membuang, memenjarakan dan mengeksekusi kaum anarkis yang tersisa. Lama sebelum matinya Lenin, warisan politik yang kini dibebankan kesalahannya pada Stalin telah tersempurnakan. Perbedaan pendapat telah dibungkam di dalam dan di luar partai. Negara satu partai berdiri pada tahun 1921. Stalin mungkin memang merupakan tokoh pertama yang mengeksekusi anggota-anggota partai dalam skala sangat besar, namun dengan adanya eksekusi orang-orang revolusioner di luar partai serta pembungkaman perdebatan di dalam partai sejak tahun 1918, maka logika untuk pembersihan-pembersihan ini jelas sudah tertanam sebelumnya.

Kelas Pekerja Di Bawah Kekuasaan Lenin

Satu wilayah kunci lainnya adalah posisi kelas pekerja dalam masyarakat Stalinis. Tidak ada kaum Trotskyis yang akan menyangkal bahwa di bawah kekuasaan Stalin, kaum pekerja tidak punya hak suara dalam pengelolaan tempat kerja mereka dan mengalami kondisi-kondisi yang kejam di bawah ancaman tangan besi negara. Namun demikian, sekali lagi, kondisi-kondisi ini mulai muncul di bawah kekuasaan Lenin, dan bukan Stalin. Segera setelah revolusi, kaum pekerja Rusia berusaha mem-federasi-kan komite-komite pabrik agar bisa memaksimalkan distribusi sumberdaya. Ini dihambat oleh serikat-serikat buruh dengan ’arahan’ dari Bolshevik.

Di awal 1918, basis kontrol oleh pekerja yang terbatas, yang ditawarkan oleh kaum Bolshevik (pada kenyataannya lebih sedikit lagi ketimbang yang diperhitungkan), menjadi jelas ketika semua keputusan harus disetujui oleh sebuah badan tinggi yang mana tak lebih dari 50% keanggotaannya bisa diisi oleh pekerja. Daniel Guerin menguraikan bagaimana kontrol Bolshevik terhadap proses pemilihan di pabrik-pabrik: "pemilihan-pemilihan untuk memilih komite-komite pabrik terus berlangsung, tetapi satu anggota sel Komunis membacakan daftar kandidat yang telah ditentukan sebelumnya, dan pemungutan suara dilakukan dengan cara mengacungkan tangan di tengah kehadiran garda-garda ’Komunis’ bersenjata. Siapapun yang menyatakan oposisinya terhadap kandidat-kandidat yang diajukan, akan terkena pemotongan upah, dll."

Pada 26 Maret 1918, kontrol oleh pekerja di proyek-proyek pembangunan jalan kereta api dihapuskan dengan sebuah dekrit yang penuh dengan frasa-frasa menjengkelkan yang menekankan «disiplin kerja besi» dan manajemen individu. Sekurangnya, kata para pengikut Trotsky, jalan-jalan kereta api bisa beroperasi tepat pada waktunya. Di bulan April Lenin menerbitkan sebuah artikel di Isvestiya yang mencantumkan pengenalan sebuah sistem kartu untuk mengukur produktivitas masing-masing pekerja. Dia mengatakan «… di Rusia kita harus mengorganisir pengkajian dan pengajaran sistem Talyor." "Kepatuhan total terhadap suatu kehendak tunggal mutlak diperlukan untuk keberhasilan proses kerja...revolusi menuntut, demi kepentingan sosialisme, bahwa massa tanpa mempertanyakan lagi mematuhi kehendak tunggal para pemimpin proses kerja itu,"  demikian dinyatakan Lenin pada 1918. Ini terjadi sebelum meletusnya Perang Sipil, hal mana membuat klaim-klaim yang menyatakan bahwa, kaum Bolshevik pada waktu itu berusaha memaksimalkan kontrol oleh pekerja sebelum Perang Sipil menghambat usaha itu, menjadi sekadar omong kosong.

Dengan meletusnya Perang Sipil, kondisi menjadi jauh lebih buruk. Di akhir bulan Mei, dikeluarkan dekrit bahwa tak lebih dari 1/3 personalia manajemen di perusahaan-perusahaan industri yang perlu dipilih.  Beberapa «puncak momentum» di tahun-tahun berikutnya cukup penting untuk dikemukakan. Pada kongres ke-9 partai di bulan April 1920, Trotsky mengeluarkan komentarnya yang buruk tentang militerisasi kerja : "kelas pekerja... harus dilemparkan kesana-kemari, ditunjuk, diperintah persis seperti serdadu. Para disertir dari kerja harus ditempa di dalam batalyon-batalyon penghukuman atau dimasukkan ke kamp-kamp konsentrasi."  kongres itu sendiri mendeklarasikan: «tidak ada kelompok serikat buruh yang perlu secara langsung campur tangan dalam manajemen industri."

Manajemen Satu Orang

Pada kongres serikat buruh di bulan April itu, Lenin membual betapa pada tahun 1918 dia telah " menjelaskan perlunya mengakui otoritas diktatorial individu-individu tunggal demi tujuan melaksanakan ide soviet."  Trotsky menyatakan bahwa «kerja... wajib bagi seluruh pelosok negeri, kewajiban bagi setiap pekerja adalah basis sosialisme "  dan bahwa militerisasi kerja bukanlah langkah darurat.

Dalam buku Perang, Komunisme dan Terorisme yang diterbitkan oleh Trotsky pada tahun itu, dia mengatakan, «Serikat -serikat hendaknya mendisiplinkan para pekerja dan mengajari mereka untuk menempatkan kepentingan-kepentingan produksi di atas kebutuhan-kebutuhan dan tuntutan-tuntutan mereka sendiri."

Dengan demikian, mustahillah untuk membedakan antara kebijakan-kebijakan ini dengan kebijakan-kebijakan kerja di masa kekuasaan Stalin.

Pemberontakan Pekerja

Barangkali kecaman yang paling pedas terhadap rezim-rezim Stalinis muncul setelah mereka melakukan pelibasan terhadap pemberontakan-pemberontakan pekerja, baik yang diketahui secara luas seperti di Berlin Timur pada 1953, di Hungaria pada 1956 dan di Cekoslovakia pada 1968 maupun yang skalanya lebih kecil, pemberontakan-pemberontakan yang kurang dikenal. Pemberontakan besar yang pertama seperti itu terjadi di masa kekuasaan Lenin dikarenakan adanya intimidasi berskala besar pada tahun 1921 di Kronstadt, sebuah pangkalan angkatan laut dan kota kecil dekat Petrograd.

Pemberontakan ini secara esensial terjadi ketika Kronstadt berupaya untuk secara demokratis memilih sebuah soviet, dan mengeluarkan serangkaian pernyataan yang menyerukan untuk kembali ke soviet-soviet yang demokratis serta kebebasan pers dan kebebasan bicara bagi partai-partai sosialis kiri."

Upaya ini memenangkan dukungan bukan hanya dari massa pekerja dan pelaut di pangkalan itu, melainkan juga dari sebagian jajaran di partai Bolshevik. Respon kaum Leninis ketika itu brutal. Pangkalan Kronstadt digempur, dan banyak dari para pemberontak yang gagal melarikan diri dieksekusi. Kronstadt telah menjadi kekuatan penggerak untuk revolusi tahun 1917, dan pada 1921 revolusi mati bersama matinya Kronstadt.

Ada ciri-ciri lain yang lazim diterima sebagai karakter Stalinisme. Satu lagi yang cukup penting untuk diperhatikan adalah cara fitnah yang telah digunakan oleh organisasi-organisasi Stalinis sebagai senjata untuk melawan kelompok-kelompok kiri lainnya. Satu lagi yang lain adalah cara Stalin menulis ulang sejarah. Namun demikian, sekali lagi ini adalah turunan mendalam dari Leninisme. Mhakno, misalnya, diubah dari semula dielu-elukan oleh koran-koran Bolshevik sebagai «Sang Pembalas Kaum Putih " , kemudian digambarkan sebagai seorang Kulak dan bandit.

Fitnah

Kaum Trotskyis di masa modern sekarang senang sekali mengulangi bentuk fitnah ini dengan disertai penggambaran Mhakno sebagai seorang yang anti-Semit. Namun demikian, sejarawan Yahudi, M. Tchernikover, mengatakan: «Tak bisa dipungkiri bahwa, di antara semua tentara, termasuk Tentara Merah, kaum Makhnovis-lah yang berlaku paling baik terhadap penduduk sipil pada umumnya, dan penduduk Yahudi pada khususnya. "

Kepemimpinan kaum Makhnovis berisikan orang-orang Yahudi, dan bagi mereka yang ingin berorganisasi dengan cara ini, ada detasemen-detasemen yang khusus untuk orang Yahudi. Peran yang dimainkan oleh kaum Makhnovis dalam menaklukkan kaum putih telah dihapuskan dari sejarah oleh setiap sejarawan Troskyis, tetapi beberapa sejarawan lain menganggap bahwa kaum Makhnovis memainkan peran yang jauh lebih menentukan ketimbang Tentara Merah dalam mengalahkan Wrangel.

Kronstadt memberikan satu contoh lagi mengenai bagaimana Lenin dan Trotsky menggunakan fitnah untuk menghadapi musuh-musuh politiknya. Keduanya berupaya menggambarkan pemberontakan tersebut sebagai diorganisir dan dipimpin oleh kaum putih. Pravda edisi 3 Maret 1921 menggambarkan pemberontakan Kronstadt sebagai «Sebuah skenario baru kaum Putih.... yang diperkirakan-dan tak ragu lagi memang disiapkan-oleh kaum kontra-revolusi Perancis. " Lenin, dalam laporannya kepada Kongres ke-10 Partai pada tanggal 8 Maret, mengatakan, «Para jendral Putih, kalian semua tahu, memainkan peran besar dalam hal ini. Ini sepenuhnya terbukti. "

Namun demikian, bahkan Isaac Deutscher, penulis biografi Trotsky, mengatakan dalam The Prophet Armed: «Kaum Bolshevik menuduh orang-orang Kronstadt sebagai para pendurhaka kontra-revolusioner yang dipimpin oleh seorang jendral Putih. Tuduhan ini nampak tak berdasar. "

Menulis Ulang Sejarah

Beberapa orang Trotskyis di era modern ini mengulangi cara-cara memfitnah orang lain, misalnya Brian Pearce (sejarawan Liga Buruh Sosialis di Inggris) yang berusaha menyangkal bahwa hal seperti itu pernah terjadi: «Tidak ada pretensi yang dibuat dalam pernyataan bahwa para pendurhaka Kronstadt adalah Garda Putih. " Fakta sesungguhnya menunjukkan bahwa, satu-satunya jendral Tsaris yang ada di kubu pertahanan ditempatkan di sana sebagai komandan oleh Trotsky beberapa bulan sebelumnya! Biarlah kita serahkan kata-kata terakhir tentang hal ini kepada para pekerja Kronstadt: «Kawan-kawan, jangan biarkan dirimu disesatkan. Di Kronstadt, kekuasaan ada di tangan para pelaut, serdadu merah dan para pekerja revolusioner. "

Ada ironi dalam fakta bahwa taktik-taktik fitnah dan menulis ulang sejarah, sebagaimana yang dilakukan secara sempurna oleh kaum Bolshevik di bawah kepemimpinan Lenin, kemudian digunakan dengan efek serupa terhadap kaum Trotskyis. Trotsky dan para pengikutnya dituduh sebagai «Fasis» dan agen imperialisme internasional. Mereka hendak dicoret dari sejarah revolusi. Kendati demikian, sekarang ini para pengikut Trotsky, yakni kaum Leninis terakhir yang tersisa, menggunakan taktik-taktik yang sama dalam menghadapi lawan-lawan politiknya.

Maksud dari artikel ini adalah untuk memancing banyak perdebatan yang diperlukan di kalangan kiri Irlandia tentang watak Leninisme dan bagaimana revolusia berjalan ke arah yang buruk. Konteks ambruknya Eropa Timur membuat semakin mendesak saja bagi perdebatan ini untuk bergerak melampaui kebohongan-kebohongan lama yang itu-itu juga. Kalau Leninisme terletak di jantung Stalinisme, maka organisasi-organisasi yang menganut ajaran Lenin berdiri untuk kembali membuat kesalahan-kesalahan yang sama. Siapapun dalam sebuah organisasi Leninis yang tidak menanggapi hal ini secara serius berarti persis sama buta dan tersesatnya dengan semua anggota partai komunis yang menganggap bahwa Uni Soviet merupakan sebuah negeri sosialis sampai hari kejatuhannya.


Sumber :
http://cnt-ait.info/article.php3?id_article=864

Paid2YouTube.com

Video